Gema Jumat, 22 Januari 2016
Oleh : Ustaz H. Akhyar M. Ali M.Ag
“Tidak sedikit masjid/ mushalla di desa-desa di Aceh, satu orang itu sampai harus merangkap semua mulai dari muazzin, imam/khatib sampai dia menjadi khadam masjid. Ini harus menjadi kepedulian dan perhatian kita, karena jika dibiarkan 10 tahun lagi, tidak mustahil masjid bakal
kosong dan sepi dari kegiatan ibadah,”
Provinsi Aceh yang tengah berusaha menjalankan syariat Islam kini menghadapi suatu tantangan dalam upaya memakmurkan masjid sebagai rumah Allah di muka bumi dengan berbagai kegiatan ibadah.
Selain karena minimnya jamaah masjid pada saat pelaksanaan shalat fardhu lima waktu, Aceh juga sedang mengalami krisis kader-kader muda sebagai penggerak dalam menghidupkan masjid, terutama pada kawasan pedesaan dan tingkat kecamatan di sebagian besar kabupaten.
Hal itu disampaikan Ketua Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Provinsi Aceh, Ustaz H. Akhyar M. Ali M.Ag saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak Jeulingke, Rabu (20/1) malam.
“Ini tantangan besar kita di Aceh dalam memakmurkan masjid dengan kegiatan ibadah. Krisis kader masjid juga menjadi salah satu faktor minimnya jamaah shalat,” ujar Ustaz Akhyar.
Ia mengungkapkan, di Aceh saat ini paling tidak terdapat 3.941 masjid dan 6.238 unit mushalla/meunasah. Namun, yang sangat memprihatinkan hanya sebagian kecil dari jumlah itu yang makmur dan melaksanakan shalat jamaah lima waktu sehari semalam.
“Kalau di Kota Banda Aceh dan ibukota kabupaten/kecamatan shalat jamaah lima waktu itu, sudah berjalan baik. Namun, di tingkat kemukiman/ desa, jangankan shalat jamaah lima waktu, bahkan ada masjid yang dikunci dan buka seminggu sekali tiap hari Jum’at saja,” ungkapnya.
Di daerah-daerah juga terjadi krisis muazzin, imam/khatib masjid karena kurang berminatnya generasi muda sekarang untuk menghidupkan masjid dengan shalat berjamaah.
“Tidak sedikit masjid/mushalla di desa-desa di Aceh, satu orang itu sampai harus merangkap semua mulai dari muazzin, imam/khatib sampai dia menjadi khadam masjid. Ini harus menjadi kepedulian dan perhatian kita, karena jika dibiarkan 10 tahun lagi, tidak mustahil masjid bakal kosong dan sepi dari kegiatan ibadah,” jelasnya.
Ustaz Akhyar juga mengajak umat Islam Aceh untuk selalu meramaikan masjid-masjid di daerahnya sehingga selalu penuh saat shalat lima waktu. Jangan hanya pergi ke masjid saat mau menikah saja atau ketika shalat jenazah, tapi harus dimakmurkan sepanjang hari.
Untuk mencapai tujuan memakmurkan rumah Allah di muka bumi, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menyandingkan masjid dan pasar baik fisik maupun normatif, secara seimbang keduanya harus dimakmurkan. Rasulullah menegaskan, “Sunnahku di pasar, sama dengan Sunnahku di masjid”.
”Sebagaimana kita selalu ramai di pasar, seharusnya seperti itulah ramai masjid saat shalat lima waktu. Pasar dan masjid itu harus seimbang. Jangan kita lebih ramai di pasar atau warung kopi, sementara di saat yang sama dari masjid sudah terdengar kumandang azan,” terangnya.
Orang yang selalu memakmurkan masjid juga disebut oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya, “Jika kalian melihat seseorang yang membiasakan diri mendatangi masjid, maka saksikanlah baginya keimanan”. Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda,”Sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid adalah kerabat Allah”.
Allah Swt juga berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”.
Ustaz Akhyar juga berharap para pemimpin umat di Aceh di berbagai tingkatan harus beri bisa memberi contoh bagaimana memakmurkan masjid. Yakni selalu berdakwah bil hal dan memberi contoh meramaikan masjid untuk shalat fardhu. Tidak cukup hanya sebatas instruksi saja kepada bawahan dan masyarakatnya.
“Tipologi pimpinan adalah orang yang cinta masjid dan hatinya komit dengan masjid. Ketika azan dikumandangkan, tinggalkan semua kegiatan di kantor, pasar, warung kopi. Jangan kita biasakan berhenti sejenak ketika rapat hanya untuk mendengar azan, sementara kita tidak segera menuju ke masjid terdekat dimana azan itu dikumandangkan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Ustaz Akhyar juga mengharapkan agar Gubernur Aceh dapat mengeluarkan sebuah aturan dalam bentuk Pergub tentang remaja masjid. “Gubernur perlu menginstruksikan camat se-Aceh untuk menghidupkan remaja masjid di daerahnya. Mari kita bangun Aceh dimulai dari masjid.
Karena ada 7 golongan manusia yang akan mendapat lindungan Allah pada hari kiamat kelak, termasuk orang yang terpaut hatinya dengan masjid,” ungkapnya.