BreakingNews

Akhlak Haji

Gema, 27 Februari 2018 Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Di antara pengabdian seorang muslim yang harus ditunaikan kepada Allah adalah memenuhi panggilannya yaitu menunaikan ibadah haji. Nah untuk menghidupkan atau memberi ruh terhadap penunaian ibadah haji, maka layak untuk diingat tentang akhlak berhaji. Pertama, berazam kuat menunaikan … Read more

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Gema, 27 Februari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Di antara pengabdian seorang muslim yang harus ditunaikan kepada Allah adalah memenuhi panggilannya yaitu menunaikan ibadah haji.
Nah untuk menghidupkan atau memberi ruh terhadap penunaian ibadah haji, maka layak untuk diingat tentang akhlak berhaji.
Pertama, berazam kuat menunaikan ibadah haji. Karena tidak saja merupakan ibadah fisik dan psikhis, tetapi juga juga ibadah maliah yang memerlukan biaya yang relatif banyak, maka ibadah haji harus diprogramkan sejak sedini mungkin. Di antaranya berusaha mempersiapkan diri dengan bekerja keras cerdas dan ikhlas, sehingga bisa menabung untuk pembiayaan keberangkatan ke tanah suci Mekah dan keluarga di kediamannya.
Kedua, menyegerakan mendaftarkan diri. Bila sudah sampai saatnya, akhlak menuntun agar kita menyegerakan mendaftarkan diri melalui jalur yang terpercaya. Karena ukuran kemampuan terutama finansial itu relatif, sejatinya kapan harus mendaftarkan diri, maka yang tahu hanya dirinya sendiri. Karena ada orang yang bisa membeli kebun atau kendaraan mewah, plesir kesana kemari, tetapi belum juga mendaftar haji.
Sebaliknya, justru para buruh atau kuli bangunan atau sopir becak atau pedagang kecil, orang biasa-biasa malah banyak yang sudah mendafar haji. Malu rasanya bila sudah relatif mapan, tapi belum juga mendaftarkan diri berhaji.
Ketiga, sabar dan berdoa. Secara normal, kita di tanah air Indonesia, di samping memiliki kesiapan fisik, psikhis dan finansial, juga harus mengantri pemberangkatannya, karena terdapat peserta daftar tunggu (waiting list) yang mengantri untuk haji yang relatif panjang.
Hal ini disebabkan karena quota terbatas bagi tiap negara dan pendaftarnya melimpah ruah di Nusantara ini, sehingga ada waiting list.
Oleh karena itu, kita dituntut untuk sabar dan terus berdoa untuk kemudahannya.
Keempat, mematuhi standar operasional prosedur (SOP) berhaji baik yang tertulis secara resmi maupun kearifan lokal yang ada. Banyak hal yang harus ditaati sejak mendaftar, keberangkatan dengan pesawat, pelaksanaannya sampai kepulangannya dari tanah suci.
Kelima, tidak memaksakan diri untuk menabalkan kata-kata haji atau hajjah di depan namanya, apalagi berpotensi melahirkan sikap riya atau sum’ah.
Dalam hal penunaian ibadah haji biarlah hanya Allah yang mengetahuinya. Apalagi haji itu untuk memenuhi panggilanNya.
Rukun Islam itu kan lima, mengapa hanya rukun kelima saja yang setelah ditunaikan maka namanya bertambah menjadi Haji Fulan atau Hajjah Fulanah. Maunya ada juga syahadat Fulan, Shalat Fulan, Shaum Fulan, Zakat Fulan atau bila sudah semuanya namanya menjadi Syahadat Shalat Shaum Zakat Haji Fulan.
Kelima, dengan panjang waiting list maka akhlaknya adalah memadakan sekali saja kecuali ada alasan kemaslahatan misalnya sebagai petugas haji, atau memberi kesempatan bagi sesamanya untuk haji dengan tidak mendaftar ulang lagi untuk yang kedua tiga dan seterusnya, apalagi terselip motif bisnis atau riya.
Ibadah haji difardhukan hanya sekali saja seumur hidupnya, maka bagi yang sudah menunaikannya alangkah eloknya bila memberikan kesempatan sesama saudaranya muslim lainnya untuk haji. Nabi Muhammad saw juga hanya sekali menunaikan ibadah haji.
Syukur-syukur niat haji yang kedua ketiga dan seterusnya dananya dapat ditransfer untuk kepentingan dakwah dan pendidikan Islam atau untuk memberangkatkan haji saudara-saudaranya, koleganya dan seterusnya yang tak terpikirkan olehnya karena keterbatasan kemampuannya.

Dialog

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Toleransi Beragama Jangan Merusak Aqidah‎

GEMA JUMAT, 22 DESEMBER 2017 ‎Banda Aceh (Gema) – Meskipun Islam mengedepankan sikap toleransi, namun toleransi dalam Islam memiliki batasannya yaitu aqidah, yang merupakan hal

Eksistensi Gema di Era Digital

Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto, S.Stp, MM menyatakan keberhasilan Gema bertahan selama hampir mencapai 3 dasawarsa merupakan sebuah prestasi yang luar

Merdeka

Oleh : Nurjannah Usman   Assalamualaikum ummi ngon waled Kota ngon buket mandum lon sapa Bacut lon ceukot hudep dalam phet Walau leumpah treb nanggroe

Pelaksanaan Haji 2021 Berakhir Hari Ini

Oleh Muhammad Subhan Ishak, Dosen di Universitas King Abdulaziz, Jeddah, Saudi Arabia Seiring dengan berakhirnya hari tasyriq yang jatuh pada hari ini, Jum’at 13 Dzulhijjah

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman