“Dan tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan) mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin dan diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan Allah) tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan” (QS.Luqman ayat 20)
Pada ayat sebelumnya Allah SWT menyatakan bahwa manusia harus prilaku yang baik dalam kehidupan berinteraksi dan bermasyarakat dan tidak boleh berlaku sombong dan angkuh serta berbicara dengan penuh keadaban dan sopan santun.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa banyak diantara orang-orang yang masih buta terhadap nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada manusia, berupa semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Semuanya diciptakan untuk dapat diolah dan diberdayagunakan oleh spesies khalifah di muka bumi, yaitu manusia.
Semua ayat-ayat kauniyah (penciptaan alam semesta) seharusnya menjadi medan tadabur bagi manusia untuk menjawab pertanyaan fundamental yaitu, dari mana manusia? Untuk apa manusia diciptakan? Dan hendak kemana manusia menuju setelah kehidupan di dunia ini? Jawaban untuk pertanyaan itu semua ada di sekeliling kita bahkan pada diri kita sendiri. Manusia adalah makhluk paripurna. Allah menciptakan khusus dari kehendak dan ruh-Nya, sehingga manusia memiliki akal pikiran yang digunakan untuk mengarungi kehidupan di dunia dengan lebih baik dibandingkan dengan hewan-hewan, tumbuhan dan semua bernyawa yang diciptakan oleh Allah SWT.
Nikmat yang diperoleh manusia di dunia ini disebutkan sebagai nikmat yang melingkupi semua aspek, lahir dan batin. Semua nikmat itu seyogyanya dibalas dengan rasa syukur kepada Allah SWT dengan beriman serta beramal saleh. Namun, sebagaimana disebutkan di atas, banyak manusia yang kufur nikmat. Mereka mulai mencari alasan bahwa mereka tercipta dengan sendirinya, tanpa tujuan hidup. Dengan demikian, mereka akan hidup seperti kemauan dan hawa nafsu mereka, serta hanya akallah yang membimbing mereka untuk menciptakan kehidupan di dunia ini. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya manusia yang mengingkari adanya tuhan, dengan menjadi golongan atheis, golongan yang tak mempercayai agama. Alasan mereka menjadi atheis bermacam-macam, seperti keraguan terhadap ajaran agama, kebebasan dalam berfikir, serta lain sebagainya. Namun semua itu kembali pada pernyataan al-Qur’an, bahwa sebenarnya mereka membantah keesaan Allah SWT itu tidak dengan bukti, namun hanya dengan angan-angan, pikiran kosong serta tidak memiliki dalil yang menunjukkan bahwa pemikiran mereka itu adalah benar. Semoga kita diberikan keistiqamahan dalam beragama sebagai orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Allahumma ihdina as-shirath al-mustaqim..