Gema JUMAT, 25 Desember 2015
Oleh : Murizal Hamzah
JUMAT INI, almanak bertaburan tanggal merah. Bagi rakyat Aceh, hal ini sangat istimewa yakni tanggal 24 dan 26 Desember menjadi hari bersejarah. 24 Desember, umat Islam merayakan Maulid Rasulullah pada 12 Rabiul Awal. Lalu 26 Desember mengenang (bukan merayakan) gempa bumi mahadasyat yang disusul smong yang ganas meluluhlantakan pesisir Tanoh Endatu.
Di Serambi Mekkah, penghelatan Maulud berlangsung selama tiga bulan. Ada gampong yang menyelenggarakan pada bulan pertama, kedua atau bulan ketiga sejak 12 Rabiul Awal atau maulid diselenggarakan selama 100 hari. Sudah lazim, maulid berakhir dengan dakwah pada malam.
Pada hakikatnya, Maulid itu yakni mengingat kembali aktivitas Rasulullah dengan harapan kita bisa mengikuti jejaknya. Maklum manusia itu sering lupa atau khilaf. Maka wajib diingatkan agar tetap berada pada jalur yang benar. Zikir dan shalawat bertaburan sebagai persembahan kepada Penghulu Nabi. Makna penting Maulid yakni mampu mengamalkan perbuatan Rasulullah. Tidak berat dan susah. Hanya dibutuhkan niat yang kuat dan keinginan yang membara.
Tidak ada yang salah dengan perayaan Maulid yang bersamaan dengan kenduri anak yatim piatu di masjid, meunasah, rumah atau kantoran. Sudah selayaknya idang meulapeh di dalam dulang (dalong) disajikan kepada anakanak agar cukup gizi dan sehat dalam belajar. Islam meminta kepada umat untuk memberi santunan kepada kaum dhuafa. Kenduri itu hanya mampu dilaksanakan oleh umat yang mampu secara moril dan materi. “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.” (QS. al-Ma’un:1-2).
Jika pada siang semarak dengan lantunan shalawat dan kenduri, malam hari dilanjutkan dengan siraman rohani. Mendengar ceramah Maulid adalah bagian dari mengulang kaji kembali wawasan tentang Nabi Muhammad SAW. Ceramah yang mampu mengajak masyarakat mengikuti jejak Nabi akhir zaman dalam beribadah dan bermasyarakat.
Suatu ketika, dalam perjalanan, beberapa sahabat berencana menyembelih seekor kambing. Ada yang bertugas menyembelih, memasak daging dan Rasulullah mengumpulkan kayu-kayu. Para sa
habat berkata,”Ya Rasulullah, itu pun kami akan lakukan di antara kami.” Rasulullah menjawab,”Daku tahu bahawa kamu semua akan melakukannya dengan senang hati tetapi daku tidak mau menjadi orang yang paling terkemuka di kalangan kumpulan ini dan Allah pun tidak menyukainya.”
Dalam hal, Rasulullah tetap bekerja walaupun berada dalam posisi yang paling mulia yang dijamin masuk surga. Setali dengan itu, di rumah, Nabi Muhammad membantu istri-istrinya seperti menjahit baju yang rusak atau memerah susu kambing.
Momentun kedua yakni 26 Desember mengenang 11 tahun bencana alama terbesar di dunia dalam 100 tahun ini. Allah SWT telah memberi waktu 30 menit kepada hamba-Nya untuk menyelamat
kan diri setelah gempa bumiterbesar dengan skala 8,9 SR. Namun apa hendak dikatakan, mayoritas warga belum paham jika hentakan gempa yang menyebabkan air laut surut, tindakan yang pertama yakni menjauh dari laut atau mendaki ke bukit seperti yang dilakukan oleh warga Simeulue yang memiliki ilmu smong.
Gempa dan smong menjadi pelajaran bagi masyarakat internasional untuk peduli pada bencana alam. Bagaimana pun biaya pelatihan masyarakat terdahap peringatan dini bencana lebih sedikit daripada akibat bencana alam. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190).