GEMA JUMAT, 14 FEBRUARI 2020
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail,MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
Surat al-Anam ayat 47
Katakanlah: Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang zhalim?
Dalam ayat ini, Allah mengarahkan Rasulullah untuk memberikan contoh bukti kekuasaan Allah terhadap kaum yang telah dibinasakan, dan kebinasaan itu selalu berasal dari perlakuan mereka yang zhalim. Begitulah Allah mengakhiri kehidupan orang-orang yang zhalim yaitu dengan kebinasaan. Cerita-cerita kehancuran umat terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an selalu berkaitan dengan perlakuan manusia yang zhalim, baik menzhalimi diri mereka sendiri, dengan mempersekutukan Allah, atau perlakuan zhalim kepada manusia yang lain berupa kesewenang-wenangan dan perampasan hak-hak. Sejarah selalu hadir dalam bentuk yang sama, yaitu akhir kezhaliman yang berujung kepada kemusnahan, baik kemusnahan yang secara kolektif pada satu kaum yang disebabkan oleh kezhaliman yang mereka lakukan secara berjamaah atau menyeluruh dalam negeri (Kaum ‘Aad, Tsamud, dll) , ataupun kezhaliman individu yaitu penguasa yang melakukan kezhaliman terhadap rakyatnya (Namrudz, Fir’aun, dll). Lihatlah dalam banyak ayat selalu disebutkan dengan sebutan qawm (kaum, kelompok, bangsa) zhalim ataupun langsung merujuk pada individu yang zhalim tersebut. Tak ada yang tersisa dari perbuatan zhalim, melainkan kehancuran yang menyeluruh baik di dunia maupun di akhirat. Hukum Allah melebihi dari usaha orang-orang zhalim untuk bertahan dalam kezhalimannya.
Marilah berkaca pada diri kita, masyarakat kita dan terminologi ‘zhalim’ yang dihadirkan oleh al-Qur’an untuk menandai orang-orang yang tidak memberikan hak kepada yang berhak dan merampas hak orang lain. Kezhaliman adalah prilaku yang merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri. Kita sering melihat diri kita dalam kezhaliman, seperti meninggalkan shalat sebagai kezhaliman hak tubuh kita untuk beribadah kepada Allah, atau kezhaliman tidak memberikan zakat kepada mustahaq-nya, sebagai kezhaliman kita terhadap harta yang dititipkan Allah. Ada juga kezhaliman orang yang tidak menutup auratnya atau menonjolkannya, hal tersebut juga merupakan kezhaliman terhadap ‘perhiasan’ yang diberikan oleh Allah. Lebih lagi prilaku korupsi, dan hal-hal yang berkaitan dengan birokrasi.
Begitu banyak kezhaliman yang terbiarkan begitu saja. Orang-orang di zaman kita begitu mengetahui kezhaliman tersebut, namun mayoritasnya hanya diam dengan perlakuan zhalim yang telah membudaya. Tetapi perlakuan zhalim tidaklah hilang dalam ‘catatan’ Yang Maha Kuasa. Allah akan membalas kezhaliman tersebut baik di dunia atau menunggunya sampai di akhirat. Jika kita zhalim terhadap diri kita sendiri, maka hendaknya kita memulai untuk memperbaiki diri dari sekarang, sebelum Allah memutuskan untuk membinasakan orang-orang zhalim. Dan semoga kita bukanlah orang-orang zhalim seperti yang disebutkan oleh Allah. Alahumma a’innaa ‘anil qawmi azh-zhalimin.
Menjaga Keabadian Harta Wakaf
Bila kita perhatikan, tidak satupun