Salam –23/01/15 —-
Islam memberi penghargaan yang tinggi terhadap pembelajar. Orang Islam yang belajar berbagai ilmu pengetahuan, ilmu fardhu ‘ain atau ilmu fardhu kifayah mendapat derajat yang tinggi dan imbalan pahala yang besar. Islam tak mempersoalkan seorang muslim belajar ilmu umum atau ilmu Islam, yang penting dipelajari dalam bingkai tauhid. Ilmu yang dipelajari diharapkan dapat meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan kualitas seorang muslim. Bukan melahirkan manusia syirik atau kufur.
Islam juga tak mempersoalkan di wilayah mana atau belahan negeri mana seorang muslim belajar. Tak menjadi soal belajar di dalam atau di luar negeri, yang penting ilmu dapat diperoleh setinggi-tingginya. Hal itu telah ditunjukkan oleh ulama terdahulu yang menjadi musafir bertahun-tahun untuk mendapatkan ilmu yang memadai. Banyak di antara mereka menuntut ilmu di luar wilayah tempat tinggal masing-masing.
Dalam konteks ini, kita melihat tak cukup beralasan mengkhawatirkan anak-anak Aceh yang memilih kuliah atau mendapat sponsor belajar di luar negeri pada berbagai jenjang studi. Opini yang terbentuk seakan kuliah di negara-negara Barat akan menjadi liberal, belajar di Turki akan sekuler, di Iran jadi Syiah, di Madinah jadi Salafi, atau bahkan belajar di negara tertentu akan jadi teroris. Sungguh ini opini yang dibuat-buat atau dikarang-karang saja.
Kita justru memberikan dukungan dan doa terhadap putra-putri Aceh yang menuntut ilmu pengetahuan di berbagai belahan dunia, di Barat maupun di Timur, di dunia Islam atau bukan. Sebab dengan ketinggian ilmu yang mereka peroleh akan mempercepat perubahan, jika suatu ketika nanti mereka kembali dan berperan dalam masyarakat Aceh. Sebagai contoh dapat kita saksikan peran itu telah ditunjukkan oleh alumni luar negeri yang tersebar di berbagai sektor kehidupan di Aceh.
Hanya satu hal kita ingatkan, hendaknya sebelum membuat keputusan untuk belajar atau kuliah di luar negeri untuk mempersiapkan diri secara matang, supaya tak terjadi keterkejutan budaya ketika belajar di negeri orang dan nantinya mampu mempertahankan identitas keacehan. Jika memang harus belajar di negeri kafir, maka akan dapat mempertahankan aqidah dan identitas keislaman. Sayed Muhammad Husen