Gema JUMAT, 15 Januari 2016
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
DAN berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada tuhan-Nya (pada hari Kiamat) sedangkan bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun selain dari pada Allah agar mereka bertaqwa. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka, dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (QS. al-Anam 51-52)
Ayat ini menerangkan tentang orang-orang beriman, yang memiliki rasa takut kepada Allah, bahwa mereka tidak akan mendapat pertolongan dari kaum kerabat dan saudara dan orang-orang yang dekat dengan mereka pada hari kiamat, melainkan mereka hanya mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah saja pada hari kiamat. Demikianlah kedahsyatan hari kiamat, yang tidak ada seorangpun yang dapat memberi pertolongan kepada orang lain, kecuali dengan izin Allah.
Allah menyatakan bahwa Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan wahyu berupa petunjuk dan syariat kepada orang-orang yang beriman dan memiliki rasa takut pada Allah tentang nasib mereka di akhirat, agar mereka melakukan apa yang diperintahkan tersebut dalam kehidupan di dunia. Perintah tersebut berupa syariat seperti shalat, puasa, zakat dan hal-hal yang berkaitan dengan perintah agama. Allah menegaskan dengan melakukan apa yang diperintahkan tersebut mereka insyallah akan dihimpunkan dengan orang-orang yang bertakwa kepada Allah di dunia ini.
Pada ayat tersebut juga dinyatakan bahwa hari kiamat adalah huru-hara yang sangat besar. Tiada yang dapat menolong kita selain dari amalan kita saja dan Allah maha memberikan hisab dan perhitungan amal dengan sedetil-detilnya, tiada yang dikurangi dan tidak akan ditambah, kecuali dengan izin-Nya.
Pada ayat selanjutnya, Allah menegaskan bahwa Rasulullah diperintahkan untuk tidak mengusir orang-orang yang bersamanya dalam dakwah dan ketaatan, keimanan dan selalu menjaga shalat mereka. Dalam asbabunnuzul ayat ini dinyatakan, bahwa turunnya ayat ini berkaitan dengan peristiwa saat Rasulullah sedang duduk-duduk bersama sahabat yang kebanyakan mereka adalah kaum dhuafa, lalu lewatlah sekelompok orang Quraisy yang meminta agar Rasulullah mengusir mereka, karena menganggap bahwa orang-orang tersebut tidak layak duduk bersama rasulullah dan kaum Quraisy karena mereka dianggap hina.
Namun Allah menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman, memiliki amalan yang banyak. Sehingga Allah mengingatkan bahwa amalan yang mereka lakukan tidak ada hubungannya dengan amalan kita, sehingga urusan amalan adalah urusan sendiri-sendiri dan di hari kiamat akan dimintai pertanggungjawaban.
Begitulah pesan al-Qur’an, hendaklah kita selalu bergaul dengan orang-orang yang beriman, beramal saleh meskipun mereka bukanlah orang terpandang secara materi dan keturunan, karena yang mulia di sisi Allah hanyalah keimanan dan ketaqwaan saja. Wallahu musta’an.