GEMA JUMAT, 22 FEBRUARI 2019
Dua pisang goreng (bada) dimakan di kantin sekolah dan kenyang. Namun lapor ke depan/kasir hanya 1 yang dimakan. Apakah Anda pernah melakukan ketika SMP, SMA, atau kuliah? Apakah ketika itu ada perasaan berdosa telah menipu pemilik kantin? Apakah kita sempat meminta maaf dan membayar kembali 1 pisang goreng yang tidak dibayar sejak belasan bahkan puluhan tahun lalu? Bisa jadi pemilik kantin itu sudah meninggal dunia dan sebagainya. Bisa saja kita berkelit bahwa terpaksa berbohong karena tidak ada uang. Tetap saja, berbohong itu dilarang.
Berbohong atau salah mengucapkan karena lupa adalah dua hal yang berbeda. Manusia adalah ladang khilaf atau lupa. Kalangan intelektual menyebutkan bisa saja peneliti salah menghasilkan hasil penelitian karena berbagai faktor. Namun penelitian tidak boleh berbohong, memanipulasi dokumen dan sebagai. Karena itu perlu klarifikasi untuk membedakan apakah penelitian melakukan pembohongan publik atau silap/lupa dalam meneliti.
Menarik, sebuah penelitian yang dilansir dari livescience.com,
menurut Robert Feldman, psikolog dari University of Massachusetts
Amerika mengatakan bahwa berbohong berkaitan dengan harga diri.
Seseorang akan berbohong segera setelah merasa harga dirinya terancam.
Dia akan mulai berbohong berada di tingkat harga diri yang lebih tinggi.
Dalam penelitian yang dipublikasikan Journal of Basic and Applied Psychology menunjukkan selama 10 menit percakapan, 60% orang akan berbohong sekali. Menurut Robert Feldman, orang-orang berbohong secara refleks atau tidak merencanakannya dalam kehidupan sosial.
Bagaimana Islam memandang tentang bohong? Al-Quran banyak menyebutkan larangan berbohong dan keutamaan untuk jujur. Jujurlah pada diri sendiri. KPK menyebutkan Jujur itu Hebat. Dalam berbagai kisah disebutkan perihal penjual yang berbohong kepada pembeli bahwa buah-buahan ini semua segara. Padahal penjual tahu yang ditempatkan di bawah adalah buah-buahan yang busuk. Tentu saja pembeli akan kecewa ketika di rumah mengetahui sebagian buah yang dibeli adalah busuk. Untuk selanjutnya dia tidak akan ke sana. cukup sekali kena tipu.
Rasulullah menyebut
bahwa orang-orang yang jujur akan dijaminkan sebuah rumah di
pertengahan surga. Maka, jika kita tidak memiliki alasan mendesak, maka
jangan berbohong.
Ternyata kebohongan dapat diklasifikasikan hukumnya tergantung dalam konteks.
Umi
Musyarofah, Dosen Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta di
bukunya Komunikasi Dakwah, para ahli fikih membagi hukum berbohong
menjadi lima hukum:
Pertama, haram karena tidak mengandung manfaat apapun apalagi kebohongan tidak menimbulkan kerugian bagi banyak orang. Rasulullah menganjurkan untuk meninggalkan kebohongan meskipun bergurau. Beberapa ahli psikologi berteori, orang yang berbicara 10 menit, minimal telah melakukan kebohongan dalam kata-katanya sebanyak sekali.
Kedua, makruh dengan tujuan memperbaiki konflik relasi antara teman, keluarga, atau rekan kerja. Kebohongan untuk menjalin kembali relasi. Ketiga, sunnah. Berbohong untuk membela agama Allah (dalam artian positif) atau berbohong demi strategi perang di jalan kebenaran.
Keempat, wajib berbohong untuk membela nyawa seseorang yang dianiya, membela Muslim dari upaya pembunuhan, atau seseorang yang dizalimi harta dan dirinya oleh orang-orang jahat. Kelima, berbohong menjadi mubah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai demi meraih kemaslahatan bersama. umat Islam dilarang berdiam diri jika melihat pertikaian.
Kita bisa membohongi orang lain namun tidak bisa membohongi diri sendiri terutama hati kecil. setiap menipu teman, sekejab ada perasaan yang muncul dalam lubuk hati. Mengurangi kadar bohong setiap hari adalah langkah cepat dan tepat agar selamat dunia akhirat.
“… Kejujuran itu ketentraman, dan dusta itu keragu-raguan …” [HR. At-Tirmidzi]. [Murizal Hamzah]