GEMA JUMAT, 12 APRIL 2019
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
Surat al-Furqan ayat 40
“Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu; bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan kebangkitan”
Pada ayat sebelumnya Allah SWT menceritakan tentang kaum-kaum setelah nabi Nuh, yang semuanya binasa disebabkan keingkaran mereka. Tidak ada keingkaran yang menyisakan eksistensi mereka. Semua hancur dalam bencana.
Dalam ayat ini, Allah menggiring opini kaum Mekah ketika itu untuk melihat secara realistis dan empiris tentang akibat pengingkaran. Di dalam interaksi sosial dan budaya mereka, yang menyebabkan terjadinya akomodasi dan transportasi di jazirah Arab, mereka biasanya melalui jalan yang menghubungkan mereka dengan bangsa dan wilayah lain. Di tengah jalan itu, Allah menyatakan bahwa bukti kehancuran kaum terdahulu, bukanlah cerita fiktif, bukan cerita imajinasi, tetapi benar-benar fakta, nyata, empiris dan masih menyisakan bukti.
Demikianlah Allah SWT, mengajak manusia untuk berfikir dan mentadabburi tentang keberadaan Allah SWT, kebenaran risalah tidak hanya dengan berfikir secara logis, Tapi juga dilakukan dengan telaah alam kauni, muraja’ah, mengkaji dari apa yang disuguhkan alam, berupa bukti-bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Itu tidak hanya pada bentuk keindahan alam, tetapi juga pada kehancuran peradaban.
Kehancuran untuk kaum yang dijelaskan dalam ayat di atas, adalah dengan turunnya hujan dan badai batu. Ini adalah salah satu jenis tentara Allah SWT yang siap kapan saja untuk diperintahkan menghancurkan orang-orang yang kufur, selain dari gempa bumi, tsunami, angin, api dan sebagainya.
Bagi kita, masih segar ingatan di kepala kita, bagaimana Tsunami dan Gempa Bumi meluluh-lantakkan negeri kita. Itu seharusnya menjadi pelajaran untuk kita, bagaimana seharusnya memaknai sebuah bencana. Marilah mengintrospeksi diri kita masing-masing sebelum bencana-bencana lain menimpa kita,