Gema JUMAT, 20 Mei 2016
Dimensi sosial Islam terpenting adalah tranformasi atau perubahan. Dalam hal ini, fungsi transformasi menuju kemajuan ummat Islam di Aceh dan Indonesia masih cukup lemah. Karena itu, perlu dilakukan transformasi menyeluruh dalam semua hal mencakup budaya, ilmu pengetahuan, peradaban, pendidikan, etos kerja, ekonomi dan transformasi menciptakan kehidupan kehidupan baru yang lebih islami.
Demikian sambutan tertulis Bupati Aceh Besar Mukhlis Basyah dibacakan Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan SDM Rasidi S.Sos pada pembukaan Musyawawarah Daerah (Musda) Gabungan Muhammmadiyah Aceh Besar, Pemuda Muhammadiyah, Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah di Aula Kantor Camat Indrapuri (15/5).
Menurut Mukhlis, dimensi sosial Islam lainnnya adalah menciptakan perdamaian. Hal ini menyangkut dua hal yaitu mendamaikan diri sendiri dan perdamaian sosial. Islam adalah agama damai, karena itu kita mesti berpikir untuk menciptakan kedamaian di atas bumi. “Ini merupakan tugas penting organisasi keislaman seperti Muhammadiyah,” katanya.
Dia mengharapkan, Ormas Islam menjadi pilar atau benteng utama dalam mencegah sedini mungkin segala macam ketimpangan dan penyakit sosial. Fungsi pengawasan ini dapat dilakukan dengan memperbaiki moral dan akhlak sosial. “Segala bentuk kriminalitas, pencurian, pemerkosaan dan Narkoba harus dapat kita atasi dengan solusi keislaman,” pintanya.
Sementara Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh, Dr H Aslam Nur MA mengungkapkan, Muhammadiyah di Aceh telah berdiri sejak Indonesia belum merdeka, 1923. Hingga sekarang Ormas Islam tertua di tanah air ini telah menyelenggarakan berbagai amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan dan santunan sosial. “Muhammadiyah tempat ummat Islam beramal,” kata Aslam.
Rekomendasi
Musda Muhammadiyah mengeluarkan beberapa rekomendasi antara lain, mengharapkan Pemerintah Aceh Besar agar memberikan kebebasan pelaksanaan ibadah bagi masyarakat Aceh Besar sesuai dengan ketentuan Rasulullah SAW yang bersifat beragam dan tasamuh (toleran).
“Musda Muhammadiyah juga meminta Pemerintah Aceh Besar agar memperkuat Organisasi Sosial Kemasyarakatan dan organisasi sosial keagamaan sebagai wadah pencerahan umat,” kata Ketua Panitia Musda, Afdhil SE.
Dia menyebutkan rekomendasi lainnya, Muhammadiyah mendukung upaya Pemerintah Aceh Besar menertibkan penebangan hutan secara illegal dan galian C tanpa izin, hal ini demi terjaminya kelestarian lingkungan hidup dan kehidupan yang abadi dan lestasi.
“Untuk optimalisasi pelaksanaan syariat Islam, Muhammadiyah meminta Pemerintah Aceh Besar membuat kebijakan yang mendukung penggunaan sebagian dana gampong untuk penyelenggaraan aktivitas-aktivitas keislaman pada tingkat gampong,” kata Afdhil.
Musda menetapkan ketua dan pimpinan/formatur masing-masing organisasi otonom Muhammadiyah. Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Aceh Besar periode 2015-2020 Drs Adnan Pantekulu, Ketua Aisyiyah Hj Hayatunnufus SAg, Ketua Pemuda Muhammadiyah Hafidz Husein dan Ketua Nayiatul Aisyiyah Siti Rahmah Diana SHI. Musda yang dihadiri sekitar 150 peserta itu berlangsung hingga sore hari di Komplek Kantor Camat Indrapuri, Aceh Besar. Sayed Husen