GEMA JUMAT, 9 MARET 2018
Banda Aceh (Gema)
Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin menerima kunjungan kehormatan pengurus Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia-Cawangan Aceh (PKPMI-CA) di balai kota, Rabu (7/3/2018).
Didampingi Kabag Humas Setdako Banda Aceh T Taufik Mauliansyah, Cek Zainal (sapaan akrab Zainal Arifin) menyambut Ketua Umum PKPMI-CA Amirul Nasyriq yang datang bersama delapan rekannya di ruang rapat wali kota. Pertemuan berlangsung hangat dan penuh keakraban.
Memperkenalkan organisasi yang diketuainya, Amirul mengatakan PKPMI-CA bernaung resmi di bawah Kedubes Malaysia di Indonesia. “Saat ini kami memiliki 452 anggota yang sebagian besar kuliah di UIN Ar-Raniry, dan sebagian lain menuntut ilmu di beberapa pesantren yang ada di Banda Aceh hingga ke Samalanga.”
“Tugas utama PKPMI-CA adalah untuk membantu segala keperluan mahasiswa asal Malaysia yang ada di Aceh, mulai dari hal akademik, imigrasi hingga keselamatan. Adapun tujuan kedatangan kami adalah untuk bersilaturahmi sekaligus memperdekatkan lagi hubungan dua negara serumpun, Indonesia-Malaysia.”
Menurutnya, mereka adalah duta kecil negaranya yang menjadi cerminan Malaysia secara keseluruhan. “Mengapa kami memilih kuliah di sini, karena Aceh tempat yang sangat cocok untuk belajar agama Islam dengan serius. Universitasnya lebih bagus daripada daerah lain, demikian juga dengan pesantrennya,” ungkapnya.
“Kami juga kerap mempromosi Aceh khususnya Banda Aceh saat berada di Malaysia, dan warga kami sangat tertarik untuk berwisata ke Aceh,” ungkapnya lagi seraya mengharapkan ke depan PKPMI-CA dapat menjalin pelbagai kerja sama dengan Pemko Banda Aceh.
Kepada tamunya, Cek Zainal memaparkan sejarah panjang dan hubungan harmonis antara Aceh dan Malaysia sejak masa kerajaan. “Bahkan di Banda Aceh ada Gampong Keudah. Dan saya juga baru pulang dari Keudah, Malaysia, dan mendapat sambutan yang sangat hangat dari datuk bandar di sana.”
Pemko Banda Aceh, katanya, juga tengah bekerjasama dengan Malaysia terutama dalam bidang pendidikan. “Kami telah mengirim 34 guru PAUD dan TK ke Malaysia, dan April ini akan kita kirim lagi untuk belajar di sana. Kami menilai, dari beberapa sisi, sistem pendidikan di Malaysia lebih maju dari pada Aceh maupun Indonesia.”
Ia juga mengapresiasi para mahasiswa asal Malaysia yang mampu beradaptasi dengan masyarakat dan budaya serta peraturan yang berlaku di Aceh khsususnya Banda Aceh. “Alhamdulillah saya belum pernah menerima laporan tentang adanya mahasiswa asal Malaysia yang bermasalah terutama terkait dengan pelanggaran syariat Islam.”
“Saya yakin kondisi kondusif ini dapat terus dipertahankan, apalagi kultur budaya kita tak jauh berbeda. Kami selalu terbuka untuk menerima masukan, saran, atau hal-hal lain yang adik-adik mahasiswa perlukan,” katanya seraya mengharapkan dukungan PKPMI-CA untuk turut berkontribusi dalam upaya mewujudkan visi Banda Aceh Gemilang dalam Bingkai Syari’ah. (rel)