Gema Jumat, 01 Januari 2016
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan,. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Dan orangorang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS. Al-An’am ayat 48-49).
Ayat ini berulangkali disebutkan dalam al-Qur’an. Allah menegaskan bahwa tugas kerasulan adalah untuk memberikan kabar gembira (mubassyir/basyiir) dan memberikan peringatan (mundzir/nadzir). Rasul hanya menyampaikan wahyu dan berita yang diturunkan dari Allah tentang bagaimana menjalani kehidupan di dunia (syari’ah) dan bagaimana dengan kehidupan setelah mati (akhirat) dan berbagai lintas komunikasi antar manusia (mu’amalah) dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kisah-kisah nabi dan berbagai informasi ilahi yah lainnya, sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab samawi dan versi lengkap dan aslinya adalah alQur’an.
Tujuan dari diberikan kabar gembira dan peringatan itu adalah agar orang-orang mau mengimani kerasulan dan apabila mereka sebelumnya adalah orang-orang yang kafir, zhalim, fasik, munafik dan berbagai gelaran ‘antagonis’ untuk kata ‘iman dan taqwa’ maka Allah memberikan jalan kepada mereka untuk memperbaiki diri. Pintu rahmat Allah terbuka lebar untuk mereka yang mau kembali ke jalan Allah. Mereka tidak perlu khawatir terhadap masa lalu mereka, asal mereka taubat dengan sebenarnya dan tidak perlu bersedih hati atas semua yang telah berlalu. Allah tidak meminta untuk membayar semua prilaku tersebut dengan balasan materi, tapi Allah hanya meminta keinsafan dan memperbaiki diri dengan benar dan istiqamah.
Jalan Allah tidaklah berliku dan rumit, pengakuan, kepatuhan dan penyerahan diri adalah inti ajaran Islam. Islam meng-cover semua jalan kemudahan dalam Islam itu. Ajaran Islam lebih tinggi dari sekedar penemuan-penemuan pemikiran filsafat yang membicarakan tentang bagaimana menjalani kehidupan di dunia. Kita tidak perlu mencari jalan menemukan tuhan, selain dari ajaran Islam, karena begitu logis, memiliki konsep yang jelas dan komprehensif.
Namun, Allah juga mengingatkan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, termasuk kedustaan terhadap rasul yang diutus, bahwa mereka akan ditimpakan siksa, baik siksa yang bersifat duniawi, lebih-lebih ukhrawi. Berapa banyak orang-orang yang mendustakan Allah serta rasul-Nya memiliki kehidupan mewah secara material, namun ‘azab’ kekosongan iman menyebabkan mereka mengakhiri kehidupan dengan cara yang tidak lazim? Rasa gelisah, tak tenang, dan berbagai perasaan yang galau tentang keduniaan yang menggelayuti pikiran dan hati. Konon lagi semua kesenangan duniawi memiliki batas, dan apabila sampai pada titik tertinggi kesenangan, manusia akan sampai pada titik jenuh dan begitu seterusnya.
Allah tempat kembali, tak ada yang alpa dari perhitungan Allah, setelah nikmat kehidupan yang diberikan, lalu nikmat Allah manakah lagi yang harus kita dustakan? Allahumma nastaghfiruka yaa Allah.