Gema, 31 Januari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Dilihat dari perannya, maka di dunia ini hanya ada dua predikat saja, yaitu guru dan selain guru. Guru dipahami sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mendidik dan mengajarkan sesuatu kepada peserta didik.
Selain guru, apakah ia sebagai presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, dokter, apoteker, insinyur, ekonom, tukang, nelayan, petani, pedagang dan predikat lainnya itu ada karena dilahirkan oleh guru.
Bahkan guru juga dilahirkan oleh guru sebelumnya.
Bila tidak ada guru, maka tidak akan ada dan tidak akan lahir presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, dokter, apoteker, insinyur, ekonom, tukang, nelayan, petani, pedagang dan seterusnya.
Oleh karena dedikasinya yang sedemikian mulia, maka guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Dan karena tugasnya yang begitu mulia, maka menjadi guru itu digugu ditiru; petuahnya ditaati dan perilaku akhlaknya ditiru diteladani. Dengan statemen ini pula menegaskan bahwa di dunia pendidikan harus dikukuhkan gezakh, kewibawaan guru, karena integritas ilmu, iman, dan amalnya; integritas intelektualitas dan moralitasnya.
Dan nilai-nilai ini pula yang selalu diwarisi dan diwariskan oleh dan antargenerasi.

