Ensiklopedi Kehidupan

Gema, 02 Januari 2018 Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Suungguh merupakan karunia terbesar dari Allah yang mesti disyukuri, bahwa kita dilahirkan, dididik dan dibesarkan di lingkungan keluarga muslim, apalagi taat beribadah. Dalam segala aktivitas kehidupan selalu dituntun dan diarahkan guna memperoleh keridhaanNya semata. Sejak bangun tidur dini […]

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Gema, 02 Januari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Suungguh merupakan karunia terbesar dari Allah yang mesti disyukuri, bahwa kita dilahirkan, dididik dan dibesarkan di lingkungan keluarga muslim, apalagi taat beribadah. Dalam segala aktivitas kehidupan selalu dituntun dan diarahkan guna memperoleh keridhaanNya semata. Sejak bangun tidur dini hari tadi sudah diawali dengan memanjadkan rasa syukur melalui shalat dan doa-doa sesuai keperluan, terus bekerja mencari nafkah, melayani masyarakat, berkhidmat pada keluarga sembari beramal shalih hingga saatnya istirahat di sore atau malam hari. Begitu seterusnya.
Kita juga dituntun untuk terus belajar, berfikir dan berzikir atas segala peristiwa yang dialami dan yang terjadi di alam ini. Ketika mengalami kemudahan dalam hidup, seperti nikmatnya dikaruniai luasnya pemahaman, melimpahnya rezeki, banyaknya rasa simpati saudara, kesehatan yang prima, kita dituntun untuk bersyukur. Sebaliknya, andai sesekali masih mengalami kesulitan hidup, diuji dengan ragam cobaan, kita dituntun untuk sabar dan tetap istiqamah dalam ketaqwaan kepadaNya sembari terus berusaha memperbaiki keadaan di masa-masa yang akan datang. Dengan demikian dalam ensiklopedi kehidupan seorang muslim yang ada cenderung hanya dipenuhi dengan rasa syukur, sabar dan istiqamah; tidak diisi dengan keluh kesah apalagi iri hati dengki dan takabur.
Tentu tidak beralasan bagi seorang mukmin mengatakan bahwa rumput tetangga lebih hijau, atau berpendapat bahwa indah itu sebelum dimiliki, tapi tidak sesudahnya atau lainnya. Orang Jawa bilang sawang sinawang. Orang yang memiliki pekerjaan tetap mengatakan betapa enaknya ya jadi orang yang bebas, tidak terikat, bisa kesana kemari seenaknya, bisa tidur seharian dan seterusnya. Nah bagi orang yang tidak ada kerja tetap dan menganggur akan melihat betapa enaknya orang yang bekerja, setiap hari pulang dan pergi ke tempat kerja, juga sibuk mengerjakan ini dan itu.
Mahasiswa yang belum selesai studinya ingin selesai, yang sudah selesai karena belum dapat pekerjaan ingin kuliah lagi. Setelah bekerja, ingin banyak liburnya. Eh pada gilirannya libur malah merasa suntuk, rekreasi kesana kemari dan cari kerjaan.
Bagi yang belum nikah, inginnya segera berkeluarga, lalu ingin punya anak, lalu ingin punya rumah sendiri, kendaraan sendiri, gaji pribadi dan setetusnya dan seterusnya.
Begitulah romantika hidup dan kehidupan. Tapi untuk saya, saudara, kita, sampai kapan? Sehingga kita bisa memaknai dan mengisinya dengan syukur, sabar, dan istiqamah, bukan dengan keluh kesah apalagi takabur.

Dialog

Khutbah

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Antrian Jadwal Nikah Sepanjang Syawal

GEMA JUMAT, 29 JUNI 2018 Banda Aceh (Gema) Sempat sepi selama Ramadhan, pernikahan di Baiturrahman selama Syawal kian ramai. Menurut salah satu Staf Skretariat Masjid

Dayah tidak Sama dengan SMK

GEMA JUMAT, 25 OKTOBER 2019 Banda Aceh (Gema) – Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Aceh yang sejak dulu akrab dengan pesantren, merupakan

Mati dalam Iman dan Taqwa

GEMA JUMAT, 22 JUNI 2018 Iman dan takwa adalah hal pokok dalam kehidupan seorang Muslim. Segala perbuatan bisa terhitung baik jika mengalir dari telaga iman

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman