Kehidupan merupakan suatu perjalanan yang bersambung antara tahapan yang satu dengan tahapan yang lain. Dunia adalah tahapan awal dalam rangka mempersiapkan kehidupan selanjutnya. Alam barzah merupakan bridging (jembatan) antara alam dunia dan alam akhirat. Sementara yaumul akhirat sebagai hari dimana Allah memberikan pembalasan bagi orang yang baik dengan kebaikannya dan bagi orang yang ingkar dengan keingkarannya. Terkait dengan kehidupan setelah kematian (alam barzakh) itu, Allah SWT menggambarkan dalam Qs al-Mu’minun 99-100:
(Demikianlah keadaan orang-orang yang tidak beriman itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dakan dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah kalimah (perkataan) yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan (Qs. al-Mukminun: 99-100)
Barzakh secara bahasa adalah penghalang antara dua tempat. Lafaz itu dimaksudkan dalam ayat ini adalah kuburan. Pengertiannya ada beberapa pendapat, pertama, barzakh itu satu kehidupan yang lamanya seperti lamanya kehidupan dunia. Kedua, ia adalah alam antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Di sanalah tempat ruh berada lalu. Manusia akan mengetahui tempat kembalinya setelah; surga atau neraka. Keempat, ia merupakan al-‘alam masyhud (alam yang tersaksikan), menjembatani antara alam dengan murni materi dengan alam non-materi; antara alam dunia dan alam akhir.
Allah Swt. menjadikan manusia dalam tiga tahapan. Setiap tahapan tersebut memiliki nilai dan kondisi yang berbeda; tahapan kehidupan dunia kehidupan, alam kubur dan akhirat. Dalam Surah Al Mu’minun 99 hingga 100, Allah memberitakan tentang kondisi seseorang hendak menghadapi kematian khususnya bagi mereka yang melampaui batas dengan segala dosa noda dan kezalimannya.
Pertama, ia menyesal kondisi yang dihadapi saat itu ketika ia melihat tempat kembalinya dan menyaksikan keburukan amal perbuatannya selama ini. Lalu ia bermohon untuk kembali ke alam dunia ini. Permohonan tersebut bukan untuk menikmati kembali kelezatan dan menuruti syahwatnya. Namun ia ingin untuk mengoptimalkan amal perbuatan yang pernah ia lalaikan dan sia-siakan dalam kehidupan dunia ini serta menjauhkan diri dari Allah SWT.
Kedua Alquran menjelaskan bahwa tidak ada lagi pengembalian ke dunia dan tidak akan diberikan kesempatan berikutnya. Allah sudah menetapkan bahwa mereka tidak akan pernah kembali ke alam dunia.
Ketiga ucapan dan permohonan itu semata-mata sebagai angan-angan untuk kembali ke dalam dunia. Artinya itu sekedar ucapan lisan yang tidak akan memberikan apapun faedah bagi manusia. Ia mengalami kerugian dan penyesalan untuk selama-lamanya. Apa yang diucapkan itu pun andaikata ia dikembalikan ke dunia, maka ia tidak akan pernah memperbaiki amalnya, bahkan ia menjalankan apa yang menjadi kebiasaan seperti yang dikerjakan sebelumnya.
Keempat ayat ini menjelaskan bahwa di hadapannya sekarang ini adalah barzak. Ia adalah sebagai penghalang antara dua hal. Dalam konteks ini, ia bermakna penghalang antara kehidupan dunia dengan akhirat. Di alam barzah ini, orang-orang yang taat ia akan menikmati kehidupan di dalamnya. Sementara orang-orang yang berbuat maksiat dia akan terus mendapatkan siksaan hingga hari kebangkitan.Karena itu, catatan-catatan ini menjadi satu hal yang penting untuk mempersiapkan diri dan mengambil langkah-langkah yang terbaik menghadapi alam barzakh.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka yang sudah masuk ke alam barzah senantiasa menanti hari-hari kebangkitan. Menurut sebagain mufassir, mereka di alam barzah mengalami keputusasaan. Hal itu karena ia menyakini bahwa hari kebangkitan yang sudah dijanjikan dan akan dihadapinya.Setelah itu tidak akan pernah lagi kesempatan kembali ke alam dunia untuk dapat memperbaiki Amalya.
Alam barzakh itu dimulai dengan kematian manusia, dikeluarkannya ruh dari jasad untuk kemudian memasuki alam kubur dengan segala dinamikanya. Dua malaikat datang dan menyoal si mayat dalam kuburannya dan dilapangkan kuburan tersebut bagi orang yang saleh dan disempitkannya bagi orang yang jahat. Berikutnya dinampakkan di alam tersebut tempat masa depannya di surga atau di dalam neraka. Berbahagialah orang-orang yang saleh dan menderita pulalah orang yang thalih (yang tidak baik) di alam ini. Orang yang baik akan menikmati buah kebaikan dunia dan orang yang jahat akan diazab dengan hasil kejahatannya. Itulah yang digambarkan dalam hadis al-Barra’ ibn ‘Azib.
Hal ihwal orang yang mati, ketika ruh berpisah dengan jasadnya dan keadaannya di dalam kuburan dideskripsikan dalam riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya. Barra’ ibn Azib menceritakan bahwa kami keluar bersama Baginda Rasulullah Saw. melayat jenazah kaum Anshar hingga tiba ke kuburannya. Setiba liang lahat, Rasulullah SAW duduk di sampingnya dan di atas kepala kami terbang seekor burung. Di tangan Baginda, ada ranting yang beliau tancapkan ke tanah. Beliau mengangkat kepalanya seraya berkata: Aku berlindung kepada Allah dari azab kubur (dua atau tiga kali). Kemudian Beliau berkata: sesungguhnya orang yang beriman apabila ia sudah berpisah dengan dunia dan menghadap akhirat maka hadirlah malaikat dari Langit wajah yang putih, seolah wajahnya adalah matahari. (Malaikat tersebut) membawa kafan dari kafan surga dan wewangian dari wewangina surge. Ia duduk mendekati si mayat sejarak mata memandang. Malaikat Mautpun datang duduk di samping kepalanya. Ia berucap: “wahai jiwa yang tenang menuju ampunan Allah. Malaikat itu pun mengambil roh tersebut apabila ia pun telah mengambilnya dan tidak lama keumudian ia tempatkan dalam kafan tersebut dan wangian (yang dibawanya itu). Berterbarlah wewangian seperti wangian misk yang ada di atas permukaan bumi lalu membawa naik (ruh tersebut) ke tempat yang tinggi. Tidaklah melewati dengan malaikat kecuali mereka mengatakan: fulan bin fulan dengan sebaik-baik nama yang pernah dipanggailkannya di dunia.
Ia kemudian sampailah ke langit yang paling bawah. Lau dimintakan untuk dibukakan pintu langit. Lalu (pintu langit) tersebut. Banyaklah malaikat melayati. Ia kemudian berakhir kepada langit berikutnya hingga sampai ke langit yang ketujuh. Allah Azza wa Jalla berfirman: Tulislah kitab (amal) hamba-Ku dalam kelompok ‘illiyyin dan kembalikan ia ke bumi. Sesungguhnya aku menciptakannya dari bumi dan kepadanya Aku mengembalikan dan nanti Aku akan keluarkan bangkitkan sekali lagi.
Rasul saw bersabda: ruh itupun dikembalikan ke dalam jasadnya. Datanglah dua malaikat duduk di sampingnya lalu bertanya: “Siapa Tuhanmu?” Ia menjawab: “Tuhanku Allah”. Keduanya bertanya: Apa agamamu. Ia menjawab: Agamaku adalah Islam. Malaikat bertanya: Siapa orang yang diutuskan padamu? Lalu ia mengucapkan dia adalah Rasulullah SAW. Malaikat bertanya: “apa ilmumu? Ia menjawab: aku membaca kitab Allah lalu aku mengimaninya dan membenarkannya. Maka terdengarlah seruan yang mengatakan: “benarlah hamba – Ku, maka hamparkan baginya tempat dari surge, pakailah pakaian dari surga dan Bukakan pintu menuju surge. Beliau bersabda: maka terhamburlah wangi dan bau (harum surge). Luaslah baginya kubur seluas mata memandang. Ia didatangai seorang yang indah wajahnya, bagus pakaiannya dan harum baunya. Ia berkata: bergembiralah dengan kemudian yang Allah berikan kepadamu pada hari ini yang dijanjikan kepadamu.
(Orang ini) bertanya kepadanya: Siapakah gerangan engkau wajahmu dengan kebaikan. maka ia menjawab; aku adalah amalmu yang saleh.Ia berkata: Tuhanku, tegaklah hari kiamat hingga aku kembali kepada keluarga dan kepada hartaku. Selanjutnya Nabi saw menceritakan tetang kondisi orang yang tidak beriman di alam barzakh, berupakan kesengsaraan yang tiada tara.
Fase alam kubur menjadi urgen untuk direflesikan dan direnungkan dalam kehidupan ini. Karena ia adalah awal dari kehidupan menuju akhirat. Bila alam kuburnya bahagia, itu alamat (petanda) bahwa kebahagiaan itu akan terus menjadi miliknya. Tetapi bila alam kuburnya sengsara itu sebagai alarm akan kesengsaraan yang tiada putusnya. Oleh karena itu, setiap individu hendaknya menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ladang beramal, memperbaiki dan upgrade segala apa yang baik dan bertaubat dari hal-hal yang tidak baik. Kesempatan-kesempatan yang Allah berikan berupa nikmat umur dan kesehatan hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk menggali potensi, menghadirkan amal yang diridhai. Semoga Allah Swt, memudahkan perjalanan hidup kita dan mendapatkan bahagia dalam dunia dan masuk surga ketika kembali kepada-Nya. Amin
Khatib Dosen Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Uin Ar-Raniry Banda Aceh