Gema Baiturrahman sebagai Media Dakwah

Gema JUMAT, 4 September 2015 Catatan Milad Ke-22 Gema Baiturrahman Oleh H. Basri A. Bakar, Mantan Pemimpin Redaksi   Dalam usianya yang ke 22 tahun, Tabloid Gema Baiturrahman yang Anda baca saat ini sesungguhnya boleh dianggap tidak “anakanak” lagi, tapi sudah cukup dewasa sebagai media yang terbit setiap Jumat di Masjid Raya Baiturraman. Sejak terbit … Read more

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Gema JUMAT, 4 September 2015
Catatan Milad Ke-22 Gema Baiturrahman Oleh H. Basri A. Bakar, Mantan Pemimpin Redaksi
 
Dalam usianya yang ke 22 tahun, Tabloid Gema Baiturrahman yang Anda baca saat ini sesungguhnya boleh dianggap tidak “anakanak” lagi, tapi sudah cukup dewasa sebagai media yang terbit setiap Jumat di Masjid Raya Baiturraman. Sejak terbit pertama kali 3 September 1993 yang hanya dua halaman dan hitam putih, memang Gema hari ini sudah mampu terbit delapan halaman dengan empat halaman full color. Namun sudah cukup puaskah kita?
Saya sebagai salah seorang penggagas lahirnya Gema Baiturrahman, tentu saja belum puas bila tabloid ini berjalan terseok-seok tanpa dana yang memadai. Pengasuhpun selalu direpotkan dengan hal yang klasik yakni tidak ada dana khusus untuk menerbitkan Gema setiap mingguan. Menurut saya hal ini terjadi karena belum ada persepsi yang sama tentang fungsi dan peran media ini sebagai corong dakwah bagi ummat. Saya berobsesi, Gema harus tersebar ke seluruh Aceh sampai ke masjidmasjid kecamatan. Bila saat ini jumlah masjid di Aceh sekitar 3.800 buah, maka bila setiap masjid dikirim 20 exemplar saja, maka minimal harus dicetak 10.000 exp termasuk yang beredar khusus di Masjid Raya. Bahkan Gema bisa juga diedarkan ke sekolahsekolah terutama tingkat SLTP dan SLTA sebagai bacaan di pustaka, tentu oplagnya melebihi 15.000 exemplar.
Saya menilai Gema efektif menyuarakan pembangunan dan dakwah agama, memberi pencerahan bagi ummat dengan wawasan agama. Hanya saja untuk mewujudkan itu, pengasuh dan pengurus tabloid harus mampu meyakinkan pemerintah Aceh untuk menganggarkan dana khusus yang disediakan untuk terbitnya Gema secara rutin baik biaya cetak dan honor yang memadai untuk wartawannya, selain terus meningkatkan mutu tulisan dengan rubrik-rubrik yang dibutuhkan pembaca. Sebaliknya bagaimana mungkin Gema bisa maju, bila dana operasional tidak jelas dan kru wartawan diharapkan bekerja ikhlas tanpa honor yang memadai selama dua puluh tahun lebih.
Kalau pemerintah Aceh menyediakan dana yang cukup, bisa jadi Gema bisa dikirim ke seluruh masjid se Aceh secara gratis. Selama ini perhatian pemerintah bukan tidak ada, namun masih jauh dari kebutuhan. Walhasil sampai usia 22 tahun, Gema masih terbatas beredar di Masjid Raya dan beberapa masjid dalam Kota Banda Aceh, itupun dengan kerja keras pengurus.
Opsi lain bila memang pemerintah tidak mampu menyediakan dana yang cukup untuk mendakwahkan ummat melalui Gema, maka pengasuh media ini harus mencari bapak angkat yang mau bekerjasama dan mendanai untuk memproduksi media ini secara bisnis seperti halnya industri media cetak lainnya. Saatnya Gema dijual untuk umum dengan harga yang layak dan terjangkau. Namun opsi ini tentu saja kurang bersahabat untuk sebuah media dakwah yang keluar dari Masjid Raya Baiturrahman. Memang bukan tidak mungkin Gema digendong oleh media yang sudah eksis dan diedarkan untuk tujuan bisnis dengan proporsi artikel, iklan dan pariwara.
Tidak ada kata lain kecuali kita harus mendukung Gema sebagai media dakwah untuk mencerahkan ummat. Di era global dimana teknologi informasi beredar luas tanpa sekat, kita harus bijak untuk mengimbanginya dengan tulisan yang mengarah kepada pembentukan nilainilai bagi ummat. Sebagian besar media cetak dan online hari ini memberitakan tentang kriminal, sex dan ertertainment, sementara tulisan keagamaan dan nilai-nilai spiritual sangat minim. Nah di sinilah peran Gema Baiturrahman yang tidak boleh terabaikan. Namun sekali lagi kita butuh peluru dan amunisi berupa dana yang memadai. Kalau kita sudah mampu membangun fisik dengan dana besar, kenapa kita tidak mampu untuk menyuarakan dan membangun mental dan spiritual umat melalui Gema. Sekali lagi perlu komitmen semua pihak termasuk Anda.

Dialog

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Memilih Pemimpin

GEMA JUMAT, 29 JUNI 2018 Oleh H. Basri A. Bakar “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman