Gema JUMAT, 01 April 2016
Oleh : Hefa Lizayanti
Kudengar tentangmu dari seberang
Butuh delapan jam, bahkan lebih, untukku secara
nyata merengkuhmu
Meleleh hati ini, tak kuasa otak ini membayang
Betapa sanggup manusia yang kau panggil ayah dan
ibu
Menyakitimu
Betapa jiwa sucimu tersentak
Saat berulang kali orang-orang yang kau harap dapat
bermanja
Meluapkan segala indah masa kecil penuh bahagia
Menyandarkan badan mungil yang lelah menjelajah
kasat mata
Justru melukaimu, dengan tangan-tangan dewasa
mereka
Menghadirkan bekas-bekas biru hingga luka terbuka
Betapa mata kecilmu membeliak
Saat sekali dua engkau bertingkah
Lengan, pipi, kaki dan badan
Seketika menjadi sasaran cubitan
Betapa hati kecilmu terkoyak
Saat tak satu pun memberimu pelukan sayang
Tak ada genggaman hangat dan belaian lembut yang
kau harapkan
Hanya sebentar, sepanjang waktu kau ditinggal di
penitipan
Tangan-tangan lembut pengasuh itu yang mengusap
luka
Merawat bilur-bilur di badan
Dengan air mata yang ditahan-tahankan
Menina-bobokanmu dalam buaian
Hanya sebentar, sepanjang waktu kau ditinggal di
penitipan
Ada seberkas tatapan sayang
Yang berangsur hilang bersama datangnya jemputan
Meski hati mereka padamu, seperti keluhan mereka
padaku
Tapi mereka tak dapat menahan
Mereka hanya pekerja
Yang bingung dan ketakutan
Pada segala hal yang bersentuhan dengan hukum,
tentu akan banyak pertanyaan
Hidup mereka sendiri sudah demikian berat
Tak cukup punya nyali lebih memberatkan lagi
Kudengar tentangmu dari seberang
Butuh delapan jam, bahkan lebih, untukku dapat
secara nyata merengkuhmu
Namun siapalah aku maka begitu saja merengkuhmu?
Bukan kau semata, aku tahu beberapa yang bernasib
serupa
Yang kisahnya mengepingkan hatiku
Kala kupeluk anakku sendiri, aku juga ingin
mendekapmu
Kala kumanja anakku sendiri, aku juga ingin kau
merasa
Betapa senangnya anak bermanja-manja
Kala kucanda anakku sendiri, aku juga ingin melihat
wajahmu melukis tawa
Menghapus cengkeram sendu
Mengikis laku menurut yang takut-takut itu
Merawat bilur luka dan bengkak-bengkak biru
Oh, malaikat kecil…
Jika saja aku punya kuasa
Kuterabas semua norma untuk menjemputmu bersamaku
Tak peduli betapa susah mereka mengangkatmu
sebagai anak
Adakah mereka ingat betapa dahulu mereka berharap?
Atau hanya terpaksa yang semakin terasa berat?
Tapi maafkan, aku tak punya daya luar biasa
Oh, malaikat kecil…
Sungguh kita punya Allah yang tak pernah lengah
Semoga deritamu tidak berpanjangan
Semoga Allah segera hadirkan tangan-tangan penyayang
Yang kembali segarkan jiwa kecilmu yang terluka
Takengon, 28032016, untuk seorang malaikat kecil
yang terluka di Banda Aceh