Gema JUMAT, 9 Oktober 2015
Oleh: Murizal Hamzah
dalah keinginan setiap muslim untuk menunaikan Lima Ruku Islam. Salah satu Rukun Islam yang butuh fisik yang kuat, biaya perjalanan yang jutaan termasuk untuk yang ditinggalkan serta terikat dengan berbagai peraturan. Itulah dia ibadah berhaji. Dulu, jika ada uang, bisa langsung mendaftar dan berhaji. Sekarang, setelah mendaftar bahkan lunas membayar Ongkos Naik Haji (ONH), calon jamaah haji di Aceh mesti menunggu hingga lebih 10 tahun. demikian juga, bila mau berhaji melalui ONH plus dengan ongkos ratusan juta, calon jamaah haji tetap menunggu hingga beberapa tahun. Begitulah antre dan padatnya untuk melengkapi Rukun Islam. sekali lagi untuk berhaji, kita butuh biaya hingga puluhan juta. Ini membuktikan untuk berhaji, umat harus semangat bekerja dan rajin menabung untuk modal berhaji.
Begitulah dalam pekanpekan ini, Tamu Allah kembali menginjak kaki di Tanah Air. Ada rasa haru yang meluap-luap untuk kembali lagi ke Tanah.
Suci pada tahun mendatang. Begitulah kerinduan untuk kembali berhaji akan selalu terpatri bagi calon haji. Siapa pun calon jamaah haji akan merasa kecil serta berlinang dosa di depan Kabah. Bahkan berjanji pada diri sendiri selama di Mekkah dan Madinah untuk berbuat kebaikan ketika kembali ke kampung halaman. Pada akhirnya setelah selesai menunaikan ibadah haji, selalu ada pertanyaan apa target bagi calon jamaah haji dan warga terhadap yang baru berhaji?
Tentu saja, sekitar 3 jutaan jamaah haji dari seluruh dunia mengharapkan menjadi haji mabrur. Suatu ketika Rasulullah ditanya apa haji mabrur? Nabi menjawab: “ Mabrur adalah engkau memberikan makanan kepada orang lain, dan engkau selalu mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang lain “.
Dalam bahasa sederhana, mabrur adalah tindakan untuk kebaikan orang lain secara individu atau sosial. Dalam bahasa ilmiah, haji mabrur yakni sosok yang berperilaku sebagai kesalehan sosial, bukan kesalehan individu. Pulang berhaji bukan hanya mendapat tambahan gelar Pak Haji atau Ibu Hajjah. Sebutan itu bisa dimaknai cara warga menghormati lulusan Mekkah dan Madinah yang telah memenuhi panggilan Allah. pada dimensi lain, sekaligus mengingatkan bahwa Anda telah berhaji akan menjadi contoh bagi umat lain.
Nah untuk Aceh, bagaimana kita bisa memaknai bahwa semakin menjamurnya haji dan hajjah yang mabrur? Tidak sulit mencari indikatornya sebab setiap orang bisa merasakan atau menyaksikan ada perubahan tindakan ke arah lebih baik setelah berhaji daripada sebelum berhaji.
Apa dampak kehadiran haji atau hajjah yang mabrur? Secara lingkungan, yang sudah berhaji akan mampu meningkatkan aksi sosial seperti membantu kaum dhuafa, ucapan yang tidak menyakitkan orang lain dan sebagainya. Jika yang pulang berhaji adalah awak birokrat, maka sebagai pelayan masyarakat akan melayani warga lebih baik. Tidak mempersulit yang pada ujungnya melakukan pungutan liar atau menerima suap. Bagi yang sudah berhaji, ketaatan kepada Allah SWT mengalahkan segala rayuan untuk berbuat maksiat yang dapat menghancurkan amalanamalan selama berhaji.
Akan sangat sial-sial ibadah selama di Tanah Suci jika rutinitas di kantor, pasar dan sebagainya dengan menomorduakan Allah sehingga lalaiuntuk beramar makruf nahi munkar. Semua yang berhaji berharap memperoleh haji mabrur. Rasulullah bersabda balasan haji mabrur yakni surga.