Gema JUMAT, 20 November 2015
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA
Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri, maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk dan merendahkan diri ketika datang siksaan kami kepada mereka bahkan hati mereka telah keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Al-An’am ayat 42-43)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad tentang risalah kebenaran hakiki yang berasal dari Allah, dank arena keingkaran mereka terhadap wahyu dan risalah, maka Allah menimpakan kepada mereka azab berupa kesengsaraan dan kemelaratan agar mereka dapat kembali ke jalan yang benar dengan mengikuti rasul-rasul tersebut, namun Allah menyatakan bahwa mereka tidak mau kembali bertaubat dan enggan meminta tolong kepada Allah agar dihilangkan semua derita mereka. Namun anehnya mereka tidak mau meminta tolong kepada Allah atas penderitaan dan kesengsaraan itu yang disebabkan oleh kerasnya hati mereka yang disebabkan sifat takabbur dan angkuh. Padahal, Allah ingin membuat mereka kembali bertaubat ke jalan yang benar setelah begitu banyak kelalaian dan keingkaran mereka terhadap risalah kebenaran ilahi.
Hal tersebut dapat kita baca dari sejarah dan literatur yang tidak saja dari sumber islam sendiri, namun juga dalam catatan sejarah dunia kita melihat betapa banyak umat-umat terdahulu hilang dalam bencana dan azab yang diturunkan kepada Allah. Begitu banyak umat yang punah dan banyak yang hilang begitu saja ditelan zaman. Begitulah kenyataan pahit bagi umat-umat yang tidak mau bertaubat dan bermohon kepada Allah.
Mari berkaca pada zaman kita sekarang ini. Dalam perspektif Islam bahwa semua bencana, azab dan penderitaan serta kesengsaraan merupakan hal yang memang telah digariskan oleh Allah karena ada sesuatu hal yang ‘bermasalah’ dengan keimanan dan ketaatan kita terhadap hukum-hukum-Nya. Namun, betapa banyak kejadian-kejadian yang diyakini sebagai kejadian yang an sich (berdiri sendiri) dan bukan merupakan kehendak dari Allah? Banyak sebab-sebab kejadian dan malapetaka yang terjadi di sekitar kita dipahami sebagai sebuah hukum alam dan begitu saja berlalu tanpa ada upaya untuk kembali ke jalan-Nya.
Allah menyatakan dalam ayat di atas bahwa ada ‘alasan-alasan’ lain yang ditunjukkan oleh syaitan di samping kekerasan hati mereka sehingga membutakan mereka dari kekuasaan Allah atas semua azab atau musibah itu. Begitulah syaitan menampakkan ‘alasan-alasan’ mereka tentang azab dan bencana yang disesuaikan dengan akal pikiran dan alasan rasional. Keangkuhan umat terdahulu tidak mau bermohon dan meminta tolong kepada Allah, tidak jauh beda dengan umat sekarang yang berupaya mencegah terjadinya azab dan bencana dengan membuat program-program yang bersifat teknis dan ditengarai mampu menahan azab dan malapetaka. Sebenarnya tidaklah begitu, semua bentuk dan gerakan bahkan sekecil apapun kejadian di dunia ini adalah dengan izin dan kekuasaan Allah. Oleh karena itu, jika seandainya terjadi bencana dan malapetaka yang menimpa kita, berdoalah, bertaubatlah, mungkin disana ada kealpaan dan kelalaian kita terhadap perintah Allah atau kemaksiatan yang terbiarkan begitu saja. Kembalilah ke jalan yang benar, introspeksi diri, keluarga , masyarakat dan ummat kita agar terhindar dari segala bentuk azab, bencana dan malapetaka. Allahumma amiin.