Ibadah Haji adalah salah satu rukun kelima dari rukun Islam yang menjadi puncak ketaatan. Haji merupakan Ibadah multidimensi; ibadah fisik, ibadah maaliyah (pengorbanan harta), ibadah doa, bahkan ibadah sejarah. Sebagai ibadah yang berdimensi sejarah, tanpa bermaksud mengenyampingkan peran dan keunggulan para nabi yang lain, haji adalah napak tilas perjuangan para nabi, terutama Nabi Ibrahim AS.
Hal itu disampaikan Ketua pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Aceh Dr H Bustami Usman, SH SAP M Si, sebagaimana dijelaskan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 124, yang menyebutkan tentang peran Nabi Ibrahim AS sebagai imam bagi sekalian manusia.
Misalnya, jelas Bustami, di area tawaf, jamaah memiliki kedekatan, baik fisik maupun emosional dengan Hijr Ismail dan Maqam Ibrahim. Dari namanya saja, kedua tempat ini sangat melekat dengan keluarga Abul anbiya (Ibrahim AS). Safa – Marwah adalah bukti fisik perjuangan ibunda Hajar, istri nabi Ibrahim AS. Demikian juga, dengan melontar jumrah, menyembelih hadyu dan manasik lainnya, hampir semuanya bermuara kepada sosok Nabi Ibrahim AS.
Niat haji tetap berkobar
Pemerintah Indonesia memutuskan membatalkan keberangkatan Jamaah Haji 2021 yang kedua kali, karena pandemi. jamaah haji yang batal berangkat tak perlu bersedih hati, karena ada sejumlah hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari kondisi ini.
“Meskipun sekilas ini merugikan kita. Ditundanya ibadah haji tahun ini pernah pula terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Rasulullah dan kaum Muslimin batal menjalankan ibadah umrah karena tertahan di Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriah. Perjanjian Hudaibiyah melarang umat Islam umrah di tahun itu,” ungkap Bustami.
Namun justru dengan perjanjian Hudaibiyah, kaum Muslimin mendapatkan kemenangan telak. Dan kemudian hari kemenangan benar benar terjadi sebagaimana janji Allah SWT.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji Embarkasi Aceh, Drs H Ali Amran Abbas MM Dato Rajo Nan Indah, menyebutkan, karena saat ini kita mengutamakan keselamatan umat maka bukan hanya Indonesia saja, bahkan seluruh Negara berdampak. Tahun depan kita harapkan haji dan umrah dapat dilaksanakan bahkan kuota haji mudah-mudahan bisa bertambah.
“Bagusnya sekarang kita maknai ibadah haji minimal dengan berqurban. Berqurban dengan harta kita, kalau bisa bantu dengan berbagi kepada sesama. Ada tetangga kita, saudara yang sedang dihimpit ekonomi yang luar biasa saat ini, melalui Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, “ sambung Ali.
Hilmah dibalik batalnya haji
Bustami memberi nasihat untuk jemaah yang batal haji tahun ini. Bisa jadi batalnya haji tahun ini tidak menyenangkan buat jemaah, tetapi ini adalah yang terbaik menurut Allah SWT. Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT
Ali mencontohkan seperti di India, mereka memanfaatkan dana hajinya untuk dibagikan kepada orang-orang yang terdampak covid-19. Bahkan ada kisah shahih tentang haji, Rasulullah mengatakan banyak yang berhaji, hanya delapan orang yang hajinya mabrur yang termasuk didalamnya dua orang yang tidak berangkat haji. Tapi hajinya mabrur.
“Rupanya ada sebuah keluarga berniat haji, kemudian dalam peristiwa itu, isterinya hamil, ngidam karena tercium masakan yang harum, ternyata makanan itu dimasak oleh ibu yang memiliki tiga anak yang memasak paha keledai yang sudah mati, singkatnya, tabungan haji diberikan kepada ibu tersebut,”ceritanya.
Maka saat pandemi ini, walaupun tidak ada haji tahun ini, bagi yang ada kelebihan, menginfaqkan sebagian hartanya itu, insya Allah akan tercatat sebagai haji mabrur karena sudah berniat. Makanya hikmah umat islam hari ini.
Terutama khusus orang-orang yang berniat haji. Ini membuka cakrawala kita, harus berbagi dengan sesama.
Upaya kedepan
Ali berharap agar melihat qanun-qanun yang sudah disusun oleh Pemerintah Aceh, dalam perbaikan fasilitas fasilitas, karena fasilitas manasik haji Aceh belum lengkap dan belum ada diasrama haji.
Upaya yang sudah dijalankan Ali bersama tim untuk perluasan asrama, baru kumpulkan ahli waris makam dan rapat dengan ahli waris. Pembangunan tiga lantai Saat ini fasilitas tempat tidur jamaah untuk dua kloter, gedung empat lantai.
Sedangkan ia inginkan ada dukungan fasilitas miniatur terkait haji, tidak hanya dinikmati oleh jamaah haji. Tapi juga masyarakat umum dari TK hingga perguruan tinggi bisa praktek disitu. Kalau ada fasilitasnya. Setiap saat bisa rindu haji. Suasana seperti di mekkah.
“ Nantinya bisa dibangun miniatur ka’bah, safa marwa, sa’i, ada pelontaran jamarat, ada ruang terbuka yang dinamakan arafah yang lengkap,” rencananya.
Untuk itu kita minta kepada Pemerintah Aceh untuk memperkuat fasilitas yang ada diembarkasi ini. Rapat tanggal 26 juli ini kita laksanakan sekali lagi. Jika Ali menyarankan pembinaan jamaah mabrur haji dengan fasilitas praktek yang lengkap. Sedangkan bustami menyarankan haji agar tetap menjadi tujuan meski masalah biaya.
Terpenting menurut Ali, Haji perlu persiapan tidak hanya biaya, jasmani pun harus dipersiapkan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Tentunya dengan persiapan yang baik. Para jamaah tidak hanya pejabat yang banyak uang, malahan banyak orang tua kampung dengan menabung bertahun-tahun dengan semangat dan mengharap Ridha Allah Swt sehingga mereka dpt melaksanakan ibadah haji dgn sempurna. (Nelly)