Gema, 01 Februari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Alhamdulillah kemarin begitu spesial bagi umat manusia, terlebih lagi bagi umat Islam. Secara umum umat manusia di beberapa wilayah secara spesifik dapat menyaksikan gerhana rembulan semalam sebagai fenomena alam yang relatif langka itu.
Secara khusus umat Islam, gerhana bulan semalam sebagai tanda kebesaran Allah terjadi bertepatan dengan puncak yaumul bidh 15 Jumadil Awal 1439. Di samping mengerjakan shalat khusuf berjamaah dan mendengarkan tausiyah, juga kini bersambung puasa hari ketiga yaumul bidh bulan ini.
Dalam iman Islam, matahari dan bulan serta peredaran atau silih bergantinya yang sangat teratur adalah bagian dari ayat Allah, tanda-tanda kemahakuasaanNya. Allah berfirman, Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Qs. Ar-Rahman 5)
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Qs. Fushshilat 37)
Terdapat ibrah dari gerhana rembulan, di antaranya: Pertama, gerhana membuktikan kekuasaan Allah atas seluruh alam sebagai makhluk ciptaanNya. Cobalah cermati secara normal rembulan berangsur membesar dari bulan sabit di awal bulannya hingga sempurna purnama dipertengahan bulannya dan berangsur mengecil hingga tak terlihat di akhir bulannya. Begitu seterusnya.Tetapi Allah tetap kuasa menjadikan gelap total saat purnama sekalipun seperti yang kita saksikan semalam.
Meskipun tetap bisa ditemukan rasionalitasnya, namun hanya Allah saja yang maha kuasa atas semua yang ada dan yang terjadi di alam ini. Ibrahnya, meskipun orang sesiapapun ia berada di maqam, tempat, posisi, jabatan, usia “sesempurna” bulan purnama, namun tetap bisa saja gerhana menerpa. Saat ini hebat, esok lusa bukan siapa-siapa atau bukan apa-apa lagi. Demikian juga sebaliknya. Maka memastikan sikap hati-hati, waspada, dan bersiap diri menjadi penting. Tidak elok sombong, mulo ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno.
Kedua, bila ada ungkapan hari-hari tidak selamanya gelap, maka mungkin bisa cocok untuk menyemangati bagi sisiapapun yang mengalami masa jenuh, masa-masa bermasalah, masa-masa tak tersingkap, masa-masa gelap, toh akhirnya gerhana akan berlalu jua. Kini menjadi purnama kembali.

