Sudah lama saya ingin menulis tentang karir ibu rumah tangga, tetapi kali ini rencana tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Ketika kita melihat kehidupan alami didalam masyarakat perempuan idenntik dengan urusan domestik yang tidak akan pernah kelar.
Saya ingin membuka mata pembaca dalam hal ini, bahwa wanita juga bisa berkarir dengan tidak mengenyampingkan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Jadi tepis jauh-jauh bahwa jika sudah menikah putus sudah karir positif yang lagi digeluti, tidak seharusnya hal tersebut dilakukan. Terkadang banyak catin sebelum menikah sudah membuat janji-janji dan batasan-batasan yang dominan dilakukan oleh pihak calon suami.
Menurut saya hal itu terlalu dhaif dilakukan, karena perkawinan itu bukan untuk mengekang, bukan untuk mempenjara atau untuk membuat perjanjian yang terkadang tidak merasa nyaman pada kedua belah pihak.
Perkawinan itu murni dilakukan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dengan ending akhir hidup bahagia bersama pasangan tercinta dengan rasa nyaman dan tentram diantara keduanya. Kendati demikian istri tidak menafikan kewajibannya sebagai seorang istri yang tetap patuh pada suaminya.
Sebenarnya sering terjadi salah paham dalam keluarga masyarakat kita pada umumnya. Misalnya tugas mendidik anak dan urusan rumah tangga itu tugas istri, sementara tugas suami hanya mencari rezeki untuk menafkahi keluarganya, itu sangat salah menurut saya.
Sebagai contoh masyarakat Aceh pada umumnya, kita belum melaksanakan syariah dalam berumah tangga sebenarnya. Sebenarnya tugas si istri dalam keluarga hanya melayani kebutuhan suaminya, dengan cara menyenangi hati suaminya ketika pergi dan pulang kerumah dengan membuatnya senang (banyak penjelasan).
Sementara tugas domestic lainnya, seperti, masak, mencuci pakaian, merapikan rumah, menjaga anak-anak, menyusui anak-anaknya, dll. Itu bukan kewajiban istri tetapi kewajiban suami, jika ia tak sanggup mengerjakan sendiri silahkan mencari asisten rumah tangga.
Makanya kenapa pada zaman Rasulullah bayi disusui oleh ibu susunya bukan ibu kandungnya, seperti Nabi kita Muhammad saw juga disusui oleh ibu susunya bukan Aminah ibu kandungnya. Itu sebagai dalil Islam tidak memberatkan perempuan.
Tetapi kehidupan kita sekarang sangat jauh dibandingkan dengan ajaran islam masa Rasulullah. Jadi suami dan istri sudah saling memaafkan, melengkapi dan saling melindungi. Jadi berarti termasuk urusan tugas rumah tangga tidak ada batasan ini tugas istri dan ini tugas suami, tetapi yang ada tugas bersama.
Saya sering melihat kehidupan yang dipublis oleh salah seorang guru besar UIN Ar-Raniry yaitu bapak Dr H Agustin Hanafi LC MA, yang kerap kali memposting kehidupan yang lagi membantu pekerjaan istrinya didapur.
Hal itu menurut saya hal yang baik suami-suami lain untuk menjadikan contoh yang positif dalam kehidupan berumah tangga. Saya yakin banyak suami-suami diluar sana, termasuk mungkin suami saya sudah melakukan hal senada seperti yang Bapak Hanafi lakukan.
Mungkin suami-suami lain yang tidak menviralkan di medsos karena malu dan sebagainya, tetapi saya yakin yang dilakukan bapak Hanafi bukan sebagai bentuk ria dan sebagainya. Tetapi sebagai ajang dakwah sesuai dengan tupoksinya di kampus UIN yang dibanggakan.
Saya kembali ke tujuan awal tentang karir, seharusnya semua perempuan bisa melakukannya, jika dengan suami sudah akur dalam melakukakan urusan rumah tangga perempuanpun bisa bekerja dan berkarir diluar maupun didalam rumah secara online.
Mungkin bagi ibu rumah tangga yang tidak punya keahlian bekerja diluar rumah dengan pekerjaan rumah tangga tetap terselesaikan, boleh bekerja di medsos dengan berbagai kondisi yang tersedia dan positif.
Jika kita sudah taat kepada Allah dan patuh pada suami, maka tidak mesti keluar rumah didalam rumahpun sambiil menjaga anak bisa berkarir yang menghasilkan. Seperti kata-kata Cutbul tokoh inspiratif yang lagi viral di Aceh, jaroe bak post monyet artinya tangan diayunan tetap bisa berkarir, itu juga yang biasa saya lakukan jika seharusnya berkarir secara online dirumah.
Seperti firman Allah “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3).
Jadi bagi ibu rumah tangga yang terkadang bosan dirumah boleh berkarir jangan hanya menghabiskan waktu dengan ghibah di medsos tidak ada manfaat, bahkan akan menimbulkan masalah baru dan hidup tidak akan tenang.
Medsos tersedia luas untuk kita berkarir asal jangan menggunakan pada hal-hal negatif. Boleh berkarir sambil menjaga anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak pernah habis-habisnya.
Kalaupun harus bekerja diluar rumah dengan harus membawa anak-anak dikarenakan tidak ada asisten rumah tangga, bahagia saja karena Allah beri kesempatan dengan selalu bisa bersama anak-anak, dan pastinya dengan seizin suami. Wallahualam.
Menjaga Keabadian Harta Wakaf
Bila kita perhatikan, tidak satupun