GEMA JUMAT, 15 SEPTEMBER 2017
Oleh H. Basri A. Bakar
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Beberapa hari lagi kita memasuki 1 Muharram 1439 H, yang berarti akan mengakhiri tahun 1438 H dan membuka lembaran baru. Sewajarnya kita melihat kembali catatan perjalanan tahun yang sedang jalani dengan instrospeksi diri.
Muhasabah berasal dari kata hasiba yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikkan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri. Dari firman Allah di atas tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya hari esok akan lebih baik.
Maimun bin Mahran r.a berkata : “Tidaklah seorang hamba menjadi bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya”.
Dalam bermuhasabah, seorang muslim melakukan penilaian terhadap dirinya, apakah dlebih banyak berbuat baik ataukah lebih banyak berbuat salah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian ada upaya dan tekad yang tulus untuk tetus meningkatkan amal kebajikan sekaligus berusaha menjauhkan diri untuk tidak mengulangi kesalahan dan berbuat dosa.
Introspeksi diri adalah salah satu tanda keimanan seseorang dan meninggalkannya merupakan tanda kefasikan. Lebih dari itu, introspeksi diri menggambarkan tingkat ketakwaan seseorang. Maimun bin Mahrân mengatakan : “Sesungguhnya orang yang bertakwa akan lebih kuat menghitung-hitung dirinya bila dibandingkan dengan penguasa zhalim dan sekutu dagang yang pelit.”