Gema, 11 Februari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Meraih sukses dan mencapai rasa bahagia diperlukan suatu proses yang bisa jadi lama dan berliku. Proses itu adalah usaha dan doa.
Oleh karenanya teruslah berusaha, teruslah bekerja, teruslah belajar, teruslah baca buku, teruslah mendidik, teruslah mencari nafkah, mengais rezeki, teruslah memohon kepadaNya, teruslah menunaikan shalat termasuk yang sunah, teruslah puasa yang wajib juga yang sunnah, teruslah memperbanyak tilawah, teruslah menyebut asmaNya, teruslah berderma baik yang wajib maupun yang sunah dan teruslah menyantuni sesama, dan teruslah istiqamah dalam kebenaran dan kebajikan seperti biasanya.
Mengapa?
Karena kita tidak tahu secara persis amalan mana saja, kapan itu kita lakukan, bilamana keadaan kita, yang dapat meraih keridhaanNya sepemuhnya kemudian melatariNya untuk menurunkan kebahagiaan pada kita atau mengabulkan doa permohonan kita, atau menambahi karunia lainnya atas kita.
Demikian juga kita tidak mengetahui kesejatiannya perilaku, perkataan, gerak gerik atau doa mana yang menyebabkan anak-anak kita, anak didik kita, atau sesiapapun ia yang kemudian dibukakan mata hatinya untuk menerima, menyadari, dan mengantarkannya pada hidayah dan kemuliaan atasnya.
Kita mesti yakin sepenuhnya pada usaha, ikhtiar dan doa kita yang pada saatnya dapat bersepadu dan melatari kemurahan karuniaNya, keluasan ampunanNya, dan curahan rada bahagia dariNya.

