Tgk H Bustami MD – Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh
Salah satu kehidupan manusia adalah suka berbuat salah dan dosa. Manusia membutuhkan cara untuk menutupi kekurangannya itu, khususnya dosa yang terarah kepada sesama manusia. Saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita diajari untuk memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita diajari untuk meminta maaf. Banyak orang yang setuju bahwa memaafkan itu bukanlah perkara mudah. Hal itu terjadi karena kekecewaan yang begitu mendalam terhadap orang lain yang sampai menyakitinya. Namun, memaafkan itu tetap harus dilakukan agar tidak ada lagi dendam dalam hati. Simak wawancara singkat wartawan Tabloid Gema Baiturrahman Indra Kariadi dengan Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Bustami MD.
Bagaimana mendidik anak untuk menjadi pemaaf?
Sifat marah pada anak kecil hanya bersifat sementara, bahwasannya pada anak kecil itu tidak ada sifat dendam. Faktor ini mungkin karena pada anak kecil itu belum ada taklik hukum, mungkin setan tidak memperdayai mereka. Ketika marah itu terjadi pada orang dewasa, mungkin akan lama terjalin sifat baikan kembali dan ada dendan serta sakit hati antara mereka, karena ini faktor pengaruh nafsu dan godaan setan.
Untuk mendidik anak menjadi pemaaf itu sangat mudah, terutama harus ada pengawasan dari orang tuanya dalam mendidik dan mengawasi mereka ketika bermain, baik itu dengan saudaranya sendiri maupun tetangga. Kita harus menanamkan dan mengajarkan kepada anak untuk bisa meminta maaf terlebih dahulu kepada saudaranya yang lebih tua, dan belajar memaafkan ketika ada saudaranya maupun temannya yang menganggu dia. Orang tua harus mempraktekkan langsung didepan mereka, disinilah butuh kedekatan orang tua dengan anaknya dalam mendidik anak. Orang tua juga harus memberi pelajaran yang baik kepada anaknya, ketika ada permasalahan baik dalam rumah tangga maupun dengan saudara, maka harus bisa bersifat lapang dada dengan cara saling memaafkan, karena ini pelajaran yang paling berharga buat anak. Sifat marah itu harus bisa dikelola dan dikendalikan oleh diri sendiri.
Apa yang perlu ditanamkan pada anak dalam mendidik menjadi pemaaf?
Orang tua harus mencerminkan sikap perilaku yang baik kepada anak seperti sifat pemaaf, menghilangkan sifat dendam dan sakit hati kepada orang lain. Ketika mendidik anak, orang tua harus bisa mendidik dirinya sendiri terlebih dahulu dalam membentuk adab, baik kepada istri, maupun sanak family dan teman, karena orang tua adalah guru terbaik buat anaknya.
Menanamkan sifat pemaaf kepada anak dan diri sendiri, adalah sifat kebiasaan yang mereka dapatkan sejak mereka kecil. Untuk itu, ketika sudah memaafkan kesalahan seseorang, untuk apa mengingat lagi kesalahan tersebut dan bahkan larut dalam ingatan. Ketika sudah memaafkan kesalahanan orang lain dan meminta maaf, jika kita yang salah, apakah ada terdapat rugi pada diri kita sendiri, apakah diri kita akan menjadi kecil, ini yang perlu dipraktekkan dan dihayatkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika memaafkan dan tidak marah kepada orang lain yang menghina kita, harga diri kita tidak jatuh, justru harga diri akan tinggi nilainya disisi Allah SWT jika bisa mengendalikan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
Apa hikmah yang didapatkan menjadi seorang pemaaf?
Sifat pemaaf itu adalah amalan yang paling besar, tanpa harus kerja. Kalau amalah lain mungkin kita harus kerja, seperti shalat, puasa dan amalan lainnya. Tetapi sifat pemaaf, cukup dengan kita hanya melapangkan dada. Ketika ada orang yang marah kepada kita, maka harus beranggapan dalam hati, mereka tidak mengetahui dan belum mempunyai ilmu tentang menahan amarah dan pemaaf. Sifat pemaaf itu adalah sifat yang sulit, dan sifat pemaaf itu adalah ibadah yang luar biasa.
Apakah ada terdapat dalam al-Quran tentang pemaaf?
Dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 134 yang artinya : “(orang yang bertakwa yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,” (Q.S. Ali ‘Imran: 134).
Pemaaf merupakan sifat yang mulia sehingga Islam sangat menganjurkan seorang muslim memiliki sifat tersebut.
Sifat pemaaf dan tidak dendam adalah obat segala penyakit, kalau kita ingin sehat, kita harus menghilangkan sifat dendam dan memaafkan kesalahan orang lain kepada kita, serta menghilangkan rasa sakit hati terhadap orang lain. Karena sifat dendam adalah puncak dari penyakit didalam tubuh, karena selalu memikirkan dan mengingat kesalah orang lain terhadap kita.