GEMA JUMAT, 16 FEBRUARI 2018
Oleh: Sayed Muhammad Husen
Setiap pertengahan Februari, kita kembali diingatkan ritus tahunan kaum muda memperingati hari kasih sayang. Kita sekaligus diingatkan berhati-hati mengawal kaum muda dan menasehati mereka supaya tak terjebak pergaulan bebas (seks bebas), yang berkedok kasih sayang dan mencintai antar jenis.
Syukurlah banyak pihak membuat pernyataan, bahwa dalam bentuk apapun tak boleh ada peringatan yang menghalalkan pergaulan kaum muda tanpa batas di Aceh. Kita membaca pernyataan senada, paling tidak, mewakili pimpinan Aceh seperti Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Bupati Aceh Besar Mawardi Ali dan Walikota Banda Aceh Aminullah Usman, yang melarang Valintine Day di Aceh.
Dengan pernyataan dan sikap berbagai komponen di Aceh tentang larangan Valintine, kita yakin berkontribusi terhadap terwujudnya kesadaran kaum muda dan orang tua tentang pergaulan yang lebih islami. Yaitu terciptanya iklim yang memungkinkan interaksi remaja dan pemuda Aceh yang sesuai dengan akhlak Islam; satu pergaulan yang mengenal halal dan haram.
Satu hal masih kita khawatirkan selama ini adalah, betapa liberalnya interaksi dan komunikasi kaum muda antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sulit dihindari karena pola kehidupan, pendidikan dan pegaulan yang belum seluruhnya sesuai dengan syariat Islam. Misalnya, tidak cukup memadai batasan antara laki-laki dan perempuan di dunia pendidikan sekuler.
Kondisi itu bisa lebih parah apabila Aceh mengizinkan paham seks bebas yang sebarkan setiap perayaan Valentine, pentas musik tanpa kontrol dan lemahnya pengawasan lingkungan. Yang terakhir kita sebutkan, termasuk pengawasan oleh Wilayatul Hisbah (WH). Faktor pendukung lainya adalah penggunanan media sosial yang tak sehat dan akses informasi tak terkontrol.
Karena itu, larangan Valentine patut kiranya diikuti dengan berbagai bentuk edukasi dan sosialisasi kepada kaum muda tentang pola pergaulan islami. Kita perlu menjelaskankan lebih dalam tentang makna kasih sayang yang berlangsung sepanjang hayat dan disalurkan dengan cara halal. Kaum muda perlu pula memahami arti univesal kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah Swt.
Pada sisi lain, negara dan berbagai komponen masyarakat Aceh penting juga membantu menemukan sosusi terhadap sebagian kaum muda yang hidup miskin dan tak punya pekerjaan. Akibatnya, mereka tak mampu merencanakan keluarga dan pernikahan. Padahal dengan menikah mereka bisa menyalurkan seksualitas secara halal dan pernah berpikir lagi Valentine.