Gema JUMAT, 01 April 2016
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah (Muhammad), “Aku ini bukanlah penanggung jawab kamu. Setiap berita (yang dibawa oleh rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. (QS.Al-Anam ayat 66-67)
Ayat ini berkaitan dengan pendustaan yang dilakukan oleh kaum kafir terhadap Nabi Muhammad yang memberi peringatan azab kepada mereka. Ada pula yang mentafsirkan bahwa yang dimaksud yang didustakan oleh kaumnya adalah al-Qur’an. Meskipun demikian, titik pokok pengingkaran mereka adalah kebenaran yang datang kepada Nabi Muhammad. Ayat alQur’an dengan jelas menyatakan bahwa pengingkaran itu merupakan suatu ujian yang dihadapi oleh Nabi Muhammad di saat menyampaikan kebenaran. Meskipun demikian, Allah SWT memberikan jalan keluar kepada Nabi Muhammad ketika merasa sepertinya tidak ada cara lagi untuk membalas kedustaan kaumnya.
Allah SWT dalam ayat ini menjelaskan bahwa fungsi kenabian hanyalah untuk menyampaikan kebenaran. Nabi Muhammad tidak ada keharusan bagi dirinya untuk menimpakan azab kepada kaumnya, karena kedustaan mereka terhadap risalah, tapi yang menurunkan azab adalah hak Allah SWT semata. Meskipun demikian, adalah suatu hal yang pasti bahwa semua berita yang disampaikan oleh rasul akan terjadi dan semua orang yang telah diperingatkan akan mengetahui tentang berita itu setelah kejadiannya.
Sejarah pengingkaran terhadap kenabian dan kebenaran ilahiah sebagian besar terulang dengan kebinasaan para penentangnya. Kebinasaan kaum Luth, Tsamud dan ‘Aad merupakan contoh yang benarbenar nyata, bukan fiksi. Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari semua kejadian itu. Meskipun demikian, peristiwa itu selalu diulang-ulang dalam al-Qur’an, karena dengan Maha Kasih dan SayangNya, kita selalu diperingatkan pada peristiwa-peristiwa tersebut.
Alangkah beruntungnya orang-orang yang bertaubat sebelum segala sesuatu yang buruk yang disampaikan oleh rasul dan nabi menjadi kenyataan. Orang-orang tersebut adalah orang-orang yang diselamatkan, sedangkan orang-orang yang tetap mendustakan, merupakan orang yang celaka, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Marilah kita berkaca pada apa yang terjadi di masa kehancuran sesuatu kaum sebagaimana yang disebutkan di dalam alQur’an. Kebenaran alQur’an tidak pernah terbantahkan, baik melalui pendekatan logika maupun pendekatan sains. Semua yang disebutkan al-Qur’an, baik berita tentang kiamat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan eskatologis (hal-hal bersifat ukhrawi) adalah benar. Bila fungsi logika tidak mampu mencapai hal tersebut, maka cukuplah iman yang menjadi pembenar dari berbagai informasi yang disebutkan al-Qur’an.