Oleh : Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Katakanlah “Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, pada hal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” . katakanlah : “Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali masuk golongan orang musyrik”.(QS al-An’am ayat 13-14).
Dalam banyak ayat Allah menegaskan bahwa Allah adalah dzat yang patut disembah oleh semua makhluk dan ciptaan-Nya, baik yang berada di bumi, langit, semesta dan dimana pun makhluk berada, apapun dimensinya baik material, kasat mata, tak terlihat dan lain sebagainya. Allah memiliki semua yang ada pada kehidupan yang terang benderang dan pada kehidupan yang kelam, tersembunyi dan tak teraba oleh indera manusia. Demikianlah Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui lisan para nabi dan utusan.
Dalam lintas sejarah agama-agama samawi, sebagian faktor yang menjadi permasalahan umat manusia di setiap generasi adalah mempertanyakan eksistensi Allah sebagai tuhan, ada yang meragukan-Nya, karena Dzat-Nya tidak tampak oleh inderawi manusia, ada juga yang tidak mempercayainya, karena kesombongannya yang merasa dirinya lebih hebat dari pada Tuhan yang didakwahkan oleh para rasul dan nabi. Itulah prilaku dan tabiat manusia yang dibisiki oleh hawa nafsu dan syaitan untuk meragukan kebenaran risalah ilahiyah. Begitupun, Allah selalu memperkenalkan eksistensi-Nya dengan tegas berdasarkan pada ayat-ayat yang menyatakan ‘Dzat-Nya yang Maha segalanya’.
Pengingkaran tersebut tidak hanya berhenti sampai disitu, bahkan sebagian dari generasi pengingkaran terhadap Allah itu dengan menjadikan selain Allah sebagai pelindung dari marabahaya, kemiskinan, ketakutan dan sebagainya. Kemudian Allah menegaskan bahwa seorang rasul, nabi dan kaum yang beriman agar terus mengimani Allah dengan hanya berlindung kepadaNya, dan menjadi orang yang berserah diri kepada Allah. Keberserahan tersebut direalisasikan dengan sifat taqwa yaitu menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Itulah sebenarnya keberserahan diri, bukan berserah diri hanya dengan menyatakan keimanan, lalu tidak melaksanakan apaapa yang diperintahkan oleh Allah.
Allah juga menyatakan bahwa bencana iman adalah syirik dan kufur. Kedua hal itulah yang menyebabkan terjadinya laknat Allah dan murka-Nya. Jika kesyirikan pada zaman dahulu adalah mempersekutukan Allah dengan segala sesuatu yang dianggap memiliki tuah, keberkatan dan berbagai hal yang dianggap sebagai ‘kesempurnaan’. Namun, kesyirikan pada zaman sekarang, adalah pemujaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menafikan adanya ‘Tuhan’ dalam peradaban manusia. Kedua-duanya adalah hal keliru. Allah akan tetap menjanjikan hari akhirat sebagai Hari Penghakiman atas segala bentuk kesyirikan dan kekufuran dan akan mendapatkan azab yang setimpal dari sikap pembangkangan terhadap Allah. Na’udzu billahi min dzalik.