GEMA JUMAT, 4 JANUARI 2019
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
Surat al-Furqan ayat 9-10
Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan tentang engkau, maka sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya Dia jadikan bagimu yang lebih baik daripada itu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan Dia jadikan (pula) istana-istana untukmu .
Pada ayat sebelumnya, disebutkan bahwa orang-orang yang ingkar itu, mendakwa kerasulan Nabi Muhammad, dengan menyampaikan, bagaimana seharusnya criteria seorang Rasul sehingga mereka mengakuinya, yaitu, seharusnya Rasul adalah seorang malaikat, atau yang memiliki kekuasaan dan kelimpahan harta, dan terakhir dikatakan bahwa ‘rasul’ sekarang adalah orang yang terkena sihir. Allah SWT menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang sesat cara berfikirnya, dan sesat pula dari hidayah Allah SWT.
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa apa saja yang mereka dakwakan, semua yang mereka ucapkan itu tidak dapat menjatuhkan kredibilitas ‘kerasulan’ Muhammad. Mereka tidak mendapatkan celah untuk mematahkan argumen kerasulan Nabi Muhammad. Allah SWT sendiri menyatakan bahwa semua alasan pengingkaran yang diucapkan oleh mereka itu tidak akan mempan untuk melumpuhkan risalah. Hal tersebut terbukti, dari semakin banyaknya orang-orang yang makin beriman dan percaya terhadap kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Pada ayat selanjutnya Allah SWT menyatakan bahwa apa yang mereka katakan itu tidak perlu digubris, demikian juga perbandingan-perbandingan duniawi dalam kenikmatan tidaklah setara dengan kenikmatan surgawi. Allah menyatakan, bahwa dunia dan akhirat tidaklah sama dalam bentuk, ukuran, kehidupan dan segala sesuatu yang bisa diperbandingkan.
Lalu Allah menyatakan bahwa bila Allah berkehendak, semua yang didakwakan oleh orang-orang kafir mudah saja bagi Allah untuk menciptakannya di dunia, apabila tujuannya agar orang percaya kepada beliau, tapi Allah memberikan cobaan bagi manusia, bahwa keimanan seseorang itu tidaklah melihat kriteria duniawi yang melekat pada seorang rasul, namun, keimanan yang didasarkan pada keimanan yang sungguh-sungguh, tidak berkarena, namun Allah berkehendak adalah orang-orang yang beriman kepada nabi Muhammad memiliki kualitas murni dari keimanan sejati, serta keimanan tersebut berdasarkan pada bukti-bukti serta dalil-dalil yang nyata, baik itu dalil keimanan dari profil Rasulullah, maupun melalui ayat-ayat yang diturunkan, serta tadabbur dan tafakkur pada ayat-ayat kauniyah. Wallahu a’lam bi as-shawab.