Dr H Iqbal S.Ag, M.Ag – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh
Kemandirian Dayah dalam Mencetak SDM Unggul
Dayah menjadi pilihan utama bagi orang tua khususnya dalam membentuk sumber daya manusia unggul dan saleh. Khususnya beberapa orang tua, kekhawatiran akan pergaulan di masyarakat sangat memprihatinkan, dari mulai seks bebas, narkoba, kenakalan remaja yang meningkat menjadi kriminalitas remaja terlalu sulit untuk dihindari. Pendidikan di dayah dinilai paling efektif, karena di dayah anak-anak tidak saja dibekali pendidikan formal namun juga pembentukan karakter (akhlak mulia). Banyak tokoh bangsa yang lahir dari pendidikan di dayah. Bukan saja tentang ilmu-ilmu agama yang mereka kuasai di dayah juga ilmu-ilmu umum seperti ilmu politik, ekonomi hingga penguasaan bahasa asing serta keahlian bertekhnologi. Simak wawancara singkat wartawa Tabloid Gema Baiturrahman Indra kariadi dengan Dr H Iqbal S.Ag, M.Ag Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh dalam mencetak SDM dayah di Aceh.
Bagaimana mencetak SDM di dayah?
Program ilmu pengetahuan keagamaan Islam dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi, merupakan langkah persiapan lembaga pendidikan Islam (dayah) dalam mempersiapkan peserta didiknya atau santrinya untuk memasuki era globalisasi yang penuh persaingan dalam berbagai dimensi kehidupan. Fenomena tersebut perlu diungkap secara empiris, sehingga dapat diakses dan sekaligus lebih memberikan motivasi dalam rangka percepatan pencapaian tujuan dan peningkatan kualitas lembaga secara komprehensif. Dalam pelaksanaan modernisasi ditubuh dayah diperlukan kerjasama dari semua stakeholder untuk menjamin kelancarannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah manajemen sumber daya manusia (MSDM) yang meliputi: perencaaan meliputi Job analisis dan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan meliputi rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, dan pengendalian melipui penilaian dan kompensasi, sebagai usaha untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka pencapaian tujuannya, menghasilkan output yang baik yaitu santri yang berkualitas sebagai calon intelektual muslim yang handal.
Bagaimana program Ma’had Aly yang ada di dayah?
Ma’had Aly merupakan sumber tempat mencetak kader-kader bangsa yang profesional, intelektual dan agamis. Ma’had Aly sebagai kampusnya di dayah akan mampu bersanding setara dengan perguruan tinggi lainnya. Di Ma’had Aly, mahasantri fokus mendalami kajian Islam berbasis kitab kuning, sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.
Apa perbedaan kurikulum Ma’had Aly dengan Perguruan Tinggi Islam?
Kurikulum Ma’had Aly berbeda dengan sekolah tinggi atau universitas. Ma’had Aly hanya boleh membuka satu program study spesifik. Karenanya, dengan prodi spesifik, Ma’had Aly akan melahirkan kader-kader ulama yang intelek dengan keilmuan yang mendalam. Seperti Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya, Samalanga, Bireuen dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu). Ma’had Aly memiliki peranan strategis dalam membangun bangsa sekarang dan masa depan, terutama terhadap dukungan program pemerintah di bidang keagamaan dan kepesantrenan. Secara legalitas formal, ijazah di Ma’had Aly setara dengan perguruan tinggi, di Aceh juga telah memiliki Marhalah Tsaniyah setingkat dengan pendidikan Pasca Sarjana (S2) Mudi Masjid Raya, dan merupakan yang pertama di Aceh.
Bagaimana melahirkan dayah yang mandiri?
Kita berharap seluruh pondok pesantren di Aceh terus berbenah untuk mandiri. Saat ini sejumlah dayah di Aceh telah mencoba melakukan sejumlah inovasi untuk menjadi dayah yang mandiri. Salah satu inovasi terbaru yang dihadirkan dayah di Aceh adalah hadirnya Bank Mudi yang dikembangkan dan dikelola oleh Dayah Mudi Mesra, Samalanga, Bireuen. Dayah Mudi Mesra dengan ikonnya ini tidak hanya pada Ma’had Aly tapi sudah ada Bank Mudi. Ini merupakan sahutan dari apa yang menjadi program Presiden dan Menteri Agama untuk menjadi dayah yang mandiri. Kita berharap ke depan Bank Mudi ini menjadi bank santri. Kalau sudah menjadi bank santri itu dimiliki semua santri di Aceh, ke depan mungkin akan diikuti oleh pesantren dari provinsi lain sehingga menjadi bank santri nasional. Contohnya dayah Darul Munawwah Kuta Krueng Pijay melaunching Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Darul Munawwarah (DM) dan Bank Santri Munawwarah (BSM) serta aplikasi Mobile Banking Dayah (MBD).
Beberapa dayah lainnya di Aceh juga telah mengarah pada program kemandirian. Rata-rata, menurutnya, usaha yang dikembangkan dayah di Aceh sesuai dengan kondisi dan kelebihan daerah tersebut. Ada beberapa dayah yang sudah mengarah untuk mandiri seperti Mudi Mesra, Ummul Ayman ada beberapa dayah di Aceh Utara, Aceh Tengah, kemudian seperti di Subulussalam ada yang menanam sawit.
Apa yang diharapkan Kementerian Agama dengan kemandirian dayah di Aceh?
Kementerian Agama akan terus mendukung setiap dayah yang ingin mandiri. Sehingga dari program kemandirian tersebut diharapkan akan lahir alumni dayah di Aceh yang tidak hanya menguasai ilmu agama, namun juga mampu mengisi pembangunan negara. Kami berharap kepada dayah di Aceh terus membenahi diri karena tujuan dari pemerintah RI ke depan dayah betul-betul mandiri, betul melakukan aplikasi dari kurikulum dan juga ada realisasi kenyataan Imtaq dan Iptek. Alumni dayah di Aceh yang memiliki ijazah bisa menjadi TNI, Polri, pejabat, PNS yang handal dan juga handal dalam bidang ekonomi yang dapat diterapkan dalam terapan mandiri.