BreakingNews

Kembalikan Kejayaan Peradaban Aceh dengan Teologi Moderat

GEMA JUMAT, 4 MEI 2018 Banda Aceh (Gema)– Teologi moderat adalah suatu pemahaman dan bersikap mengambil jalan tengah terhadap pengamalan suatu ibadah atau perintah dalam agama Islam untuk menjembatani antara dua sisi pemikiran yang berbeda, guna menjaga keharmonisan umat. Sikap ini sangat diperlukan sebagai bentuk toleransi dan saling menghargai terhadap suatu pemahamanan yang berbeda, sehingga … Read more

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

GEMA JUMAT, 4 MEI 2018
Banda Aceh (Gema)– Teologi moderat adalah suatu pemahaman dan bersikap mengambil jalan tengah terhadap pengamalan suatu ibadah atau perintah dalam agama Islam untuk menjembatani antara dua sisi
pemikiran yang berbeda, guna menjaga keharmonisan umat.
Sikap ini sangat diperlukan sebagai bentuk toleransi dan saling menghargai terhadap suatu pemahamanan yang berbeda, sehingga umat Islam tidak mengklaim pihaknya yang paling benar, sementara yang lainnya disalahkan.
Hal itu disampaikannya saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (2/5) malam.
Karena Islam juga menyerukan umatnya untuk menjadi umat pertengahan dengan istilah wasathiyah, dan menggunakan dasar dalil dari Alquran Surat Al-Baqarah ayat 143.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Dr.Jabbar Sabil MA menyebutkan, satu hal penting yang membuat peradaban Islam Aceh di zaman kerajaan sangat kuat dan berjaya, karena berjalannya pemikiran dan teologi moderat di antara dua sisi yang berbeda dengan bimbingan ulama.
Misalnya pemikiran ulama besar Aceh, Syekh Abdur Rauf Syiah Kuala yang membolehkan adanya pemimpin perempuan dengan tampilnya Ratu Safiatuddin untuk memimpin kerajaan Aceh dalam situasi darurat di masa itu.
Menurutnya, teologi moderat ini sangat diperlukan di tengah beragamnya pemahaman dalil dalam beribadah, karena mampu memadukan dua pemikiran dari sisi yang berbeda untuk keharmonisan, tidak terjadi perpecahan dengan saling mengklaim paling benar, sehingga persatuan umat tetap terjaga dengan baik.
Ia mencontohkan, ada pemahaman berbeda dalam ajaran agama Islam yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW seperti jenggot dan surban. Juga penggunaan cadar bagi kaum perempuan dalam menutup aurat.
Di satu sisi, itu ada perintah agar kaum laki-laki berjenggot dan perempuan bercadar menutup muka. Tapi ada juga ulamaulama kita yang ilmu agamanya tinggi, tapi tidak berjenggot bahkan berkumis, jangan sampai dicap tidak menjalankan sunnah Rasul. Sementara bagi yang memilih berjenggot juga tidak boleh dicela dengan hal yang tidak baik, karena semuanya punya pemahaman masing-masing.
Juga seperti pemakaian cadar, kata dia, tidak semuanya bisa memakainya dengan sebab-sebab kondisi tertentu. Katakanlah seperti Nyak-nyak pedagang sayur di pasar atau perempuan yang berjualan karena bisa mengganggu komunikasi dengan pembeli. Tapi sebaliknya, bagi yang memakai cadar pun tidak boleh dilarang apapun alasannya karena sudah menjadi pilihan.
Dalam konteks kekinian Aceh, Jabbar Sabil juga menyinggung tentang pelaksanaan uqubat cambuk di Aceh dengan adanya Pergub, di satu sisi ingin tetap terbuka dan di lain pihak ingin digelar cambuk di dalam Lapas yang terbatas.
“Pelaksanaan hokum cambuk sebagai bagian implementasi syariat Islam untuk bisa disaksikan oleh masyarakat itu sekaligus bisa menjadi ibadah . Tapi jika mendiskreditkan dan memojokkan pelaku yang dihukum cambuk dengan mengabadikan dosanya lewat rekaman gambar juga tidak baik,” ungkapnya.
Jabbar Sabil mengajak masyarakat muslim semua aktivitas kesehariannya bisa bernilai ibadah untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Termasuk juga saat kita mencari hiburan dalam bentuk seni, hiburan itu juga harus jadi ibadah . Bukan justru justru hiburan yang mempertontonkan maksiat, erotisme, syahwat dan membuka aurat. Begitu juga dengan teknologi juga harus bernilai ibadah. Apakah selama ini teknologi yang kita pakai sudah bernilai ibadah, atau justru teknologi itu jadi tempat maksiat.
“Ini yang harus kita pahami. Dengan adanya teologi moderat ini, akan membuat kita tidak saling menyalahkan dan jangan terlalu picik memahami sesuatu dengan terlalu mudah menyalahkan pihak lain,” terangnya. Sayed/Rel

Dialog

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Pelepasan Pawai Takbir

GEMA JUMAT, 22 JUNI 2018 Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf didampingi Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh. melepas resmi

Berdamai dengan Sesama Muslim

Kebencian, permusuhan dan dendam terjadi dalam interaksi hidup kita hari-hari kadang tak terelakkan. Perasaan negative ini ada yang hilang beberapa saat dan ada yang menahun

Banda Aceh Selenggarakan Lomba Masjid

GEMA JUMAT, 9 NOVEMBER 2018 Banda Aceh – Gema. Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Syariat Islam menyelenggarakan Lomba Kebersihan dan Ketertiban Masjid pada bulan

Presiden Otorita Palestina

Presiden Otorita Palestina, Mahmoud Abbas, mencium bendera Palestina disaksikan petinggi PBB sebelum dikibarkan di kantor pusat PBB di New York, Rabu (30 9).

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman