Oleh Prof. Dr .H. Zainal Abidin Alawy, M.A
Penceramah Halqah Maghrib Masjid Raya Baiturrahman
Dari Abdullah bin Umar r.a sesungguhnya seseorang sahabat bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah.” Islam manakah yang terbaik? Nabi SAW menjawab: “Anda memberikan makan (kepada yang membutuhkan), Anda memberikan salam kepada siapa saja yang Anda telah mengenalnya.” (HR AlBukhary dan Muslim).
Bagian dari sifat terpuji dan sopan santun dalam Islam adalah mengucapkan salam kepada siapa saja yang anda jumpai, apakah orang itu telah anda jumpai sebelumnya, atau pun kepada orang yang sama sekali anda belum pernah mengenalnya.
Salam merupakan ucapan selamat dan sejahtera bagi yang telah anda kenal dan perkenalan pada pertemuan pertama bagi orang yang selama ini belum mengenalnya.
Dengan demikian, salam itu menjadi suatu kepatutan dalam menjalin hubungan antara sesama muslim, tanpa adanya batas antar negara, etnis, suku bangsa, ras dan benua.
Apabila seseorang itu hidup dalam masyarakat muslim, maka sangat dituntut untuk menebarkan salam diantara sesama mereka, tanpa melihat apakah sahabat dekat, famili, orang yang ada hubungan darah, zawil arham, ataupun mereka yang selama menjadi asing dengan kita.
Disayangkan dan prihatin dikalangan ummat pada akhir-akhir ini: kebanyakan dari mereka menebarkan salam lebih ditunjukan kepada orang-orang yang mereka kenal saja, sedangkan yang belum mereka kenal, sepertinya salam itu diabaikan. Ini sering terjadi, apabila orang berada di jalan raya. Ini tergolong tindakan tidak senang menebarkan salam. Tindakan seperti ini dapat digolongkan berperilaku jahiliyah modern. Ini bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah SWT setelah menciptakan Adam, Allah berfirman kepadanya: Pergilah kepada kelompok malaikat yang sedang duduk, perdengarkan (tebarkan) salam kepada yang telah memuliakanmu. Sesungguhnya salam itu penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu. Maka Adampun datang menghadap mereka dan berkata kepada mereka: “Assalamua’laikum” (sejahtera atasmu). Lalu merekapun (para malaikat) menjawab: “Assalamua’laika warahmatullah” (sejahtera atasmu dan rahmat Allah atasmu). Para malaikat menambah jawaban salam dengan “Warahmatullah”.
Dalam memberi salam diatur tata cara yang baik. Siapakah yang duluan memulai memberi salam. Seseorang yang berkendaraan seharusnya memberi salam kepada yang berjalan kaki. Orang yang berjalan kepada orang duduk. Orang yang sedikit kepada orang banyak. Orang kecil kepada orang yang lebih besar. Orang yang berada di kenderaan roda empat kepada yang beroda dua. Orang yang bertamu kepada pemilik rumah. Orang yang berceramah kepada hadirin dan orang yang masuk ke rumah kepada orang yang ada di dalam rumah.
Inilah tata cara dan sopan santun diajarkan Nabi SAW dalam sunnahnya untuk dapat diikuti, dimanapun kita hidup dan berada, demi menjaga keharmonisan diantara sesama muslim, serta mengekalkan persaudaraan diantara kita.