Gema JUMAT, 6 November 2015
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki allah (kesesatannya) niscaya disesatkan-nya) dan barang siapa yang dikehendaki allah (untuk diberikan-nya petunjuk), niscaya dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. (QS al-An’am ayat 39)
Ayat di atas menerangkan kondisi psikis dan intelektual orang-orang yang menolak dakwah, karena begitu banyak bukti yang telah ditunjukkan baik dalil aqli maupun dalil naqli. Begitu pula Rasul dan nabi yang diutus oleh Allah begitu banyak, serta dilengkapi dengan mu’jizat, bukti kerasulan dan semua yang menunjukkan pada fakta bahwa: Allah adalah Tuhan semesta alam, yang berhak disembah dan dijalankan perintah-Nya. Namun, begitulah dakwah yang kita baca dalam literatur sejarah peradaban agama tauhid. Banyak kesukaran yang didapatkan oleh para Rasulullah dan da’i pada masa itu. Sejarah penentangan dan pembunuhan nabi terlukis jelas dalam alQur’an. Kondisi tersebutlah yang menyebabkan dakwah bukanlah hal yang mudah, penuh tantangan serta butuh ketabahan dan ketetapan hati.
Hidayah adalah milik Allah, Adapun orangorang yang dibutakan hatinya, apapun kebenaran sirah tauhid tak akan mempan, kebenaran, logika, dalil, bukti, fakta dan bahkan mu’jizat, tak akan sanggup membukakan hatinya yang membatu. Itulah orang-orang yang dilukiskan Allah dengan orang pekak’ bisu dan berada dalam gelap gulita. Telah banyak contoh disebutkan dalam al-Qur’an, penyebutan ‘Fir’aun’ puluhan kali dalam al-Qur’an adalah bukti buruknya penerimaan terhadap kebenaran, bukan hanya sekedar kisah nyata, namun begitulah dakwah Nabi Musa yang sangat berat.
Namun, masuknya Islam ke dalam hati orang yang mendengarnya adalah dengan gerakan ‘hidayah’ dari Allah. Jika Allah berkehendak, maka hanya dalam hitungan nafas, jam dan hari orang akan langsung masuk ke dalam agama Islam. Islam lebih dapat diterima oleh orang-orang non muslim pada masa sekarang ini karena kesesuaian faktafakta sumber Islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan riset ilmiah, fakta-fakta sains dan semua yang bersifat empiris. Berapa banyak orangorang yang berlatar belakang saintis, pakar pengetahuan, mengucapkan kalimat ‘Laa ilaaha Illa Allah Muhammad Rasulullah”. Hanya karena menemukan kebenaran yang sepertinya sepele, namun besar artinya bagi sebuah penemuan besar dan keilmuan.
Berdakwah adalah tugas seorang muslim, tanpa terkecuali. Semua bentuk kemajuan di bidang telekomunikasi, informasi dan teknologi hendaknya digunakan untuk pengembangan dakwah, sehingga dakwah tidak hanya dipahami sebagai pekerjaan ‘mimbar’ saja, tetapi setiap gerak tubuh, tingkah laku, sikap, mimik, ucapan lisan, tulisan dan semua yang tercermin dari pribadi muslim adalah sikap dakwah. Namun, siapkah kita seperti pribadi yang disebutkan di atas. Wallahu musta’an.