Gema JUMAT, 18 September 2015
Khutbah Jum’at, Prof. Dr. HM. Nasir Azis, SE, MBA, Dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah
Sesungguhnya selalu ada hikmah dan manfaat (value) pada setiap anjuran Allah SWT kepada hambanya, meskipun seolah-olah dalam pandangan sederhana sangat berat dalam menjalaninya. Terdapat dua kelompok manusia, pertama mereka yang telah memahami bahwa perintah Allah itu selalu ada hikmah, maka mereka akan melaksanakan secara tulus dan juga tidak banyak memunculkan pertanyaan. Kelompok kedua adalah mereka yang masih belum memahami hakikat dengan baik atas perintah tersebut, maka mereka sangat berat untuk mengerjakannya.
Tak diragukan lagi,qurban (udhiyah) adalah ibadah yang diperintahkan Allah SWT dan salah satu sarana untuk mendekatkan diri pada-Nya, juga dalam rangka mengikuti ajaran Nabi besar Muhammad SAW. Se-lanjutnya kaum muslimin sesudah beliau pun melestarikan ibadah yang mulia ini. Ibadah qurban merupakan bagian dari syari’at Islam, yang hukumnya adalah sunnah muakkad (yang amat dianjurkan) menurut mayoritas ulama.
Ada beberapa hadits yang menerangkan tentang penyembelihan qurban antara lain:
“Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah dan takbir” (HR. Bukhari no. 5558 dan Muslim no. 1966).Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”(HR. Ibnu Majah no. 3126 dan Tirmidiz no. 1493).
Dari Abu Daud dari Zaid bin Arqam dia berkata, “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?” beliau bersabda: “Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?” beliau menjawab: “Setiap rambut terdapat kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah no. 3127).
Menyembelih hewan qurban adalah salah satu amal shalih yang paling utama, lebih utama dari pada sedekah yang senilai atau harga hewan qurban atau bahkan sedekah yang lebih banyak dari pada nilai hewan qurban. Karena maksud terpenting dalam berqurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Anjuran berkurban (udhiyah) ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail. Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi ummat islam. Betapa tidak, Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji oleh Allah untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dihadapkan pada dua pilihan antara melaksanakan perintah Allah SWT atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketak-waan yang kuat, perintah Allah tetap dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Kisah mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Bila untuk Nabi Ibrahim Allah SWT mengujinya dengan meminta anaknya. Sementara dari kita Allah SWT hanya meminta agar untuk mengorbankan dalam bentuk hewan ternak seperti kambing, sapi, unta dan hewan ternak lainnya. Alangkah malunya kita kepada Allah, dimana Nabi Ibrahim telah bersedia mengorbankan anaknya untuk mentaati Allah, sedangkan kita malah enggan sekedar menyisihkan sedikit rezeki sebagai bukti ketaatan kita kepadaNya. Padahal segala karunia yang kita miliki adalah pemberian dariNya, MilikNya dan pasti akan dikembalikan kepadaNya jua. Hanya saja pilihan ada di tangan kita, apakah segala nikmat berupa rezeki ini akan kita kembalikan kepada Allah dengan suka rela dalam wujud ketaatan, atau kita menunggu “diambil paksa’ OlehNya.
Keutamaan Menyembe-lih Qurban
Ada beberapa keutamaan menyembelih qurban antara lain:
Qurban sebagai sarana Taqarrub Diri Kepada yang Maha Pencipta.
Sungguh ibadah qurban adalah salah satu sarana dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana halnya ibadah shalat. Ia juga menjadi media taqwa seorang hamba. Sebagaimana firman Allah surat Al-Maidah ayat 27, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa”. Berqurban juga menjadi bukti ketaqwaan seorang hamba. Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS:Al Hajj:37).
Sikap Taat atas perintah Allah
Ibadah qurban dapat memancarkan sikap dan prilaku yang menunjuk-kan ketaatan hamba kepada sang Pencipta. Mereka akan sadar siapa dirinya dan siapa penciptanya. Sikap ini akan terimplimentasi dalam mentaati perintah Allah SWT. Sebagaimana firmanNYa: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhan-mu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepadaNya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Al-lah).” [QS: Al Hajj : 34].
Sebagai Saksi di Akhirat
Ibadah qurban mendapatkan ganjaran yang berli-pat dari Allah SWT, dalam sebuah hadits disebutkan, “Pada setiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kabaikan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Juga kelak pada hari akhir nanti, hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi. “Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dgn tanduk-tanduknya, kuku-kukunya & amp; bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” [HR. Ibnumajah No.3117].
Amalan Khas bagi ummat Islam
Sejatinya qurban (penyembelihan hewan ternak) tidak saja dilakukan oleh umat Islam setiap hari raya qurban tiba, tetapi juga oleh umat lainnya.Sebagai contoh, pada zaman dahulu orang-orang Jahiliyah juga melakukan qurban. Hanya saja yang menyembelih hewan qurban untuk dijadikan sebagai sesembahan kepada selain Allah.“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (qurbanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” [QS: al-An’am : 162-163]Syariat Nabi Ibrahim AS Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –kholilullah (kekasih Allah) ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha). Allah telah memerintahkan kepada bapak para Nabi, Ibrahim ‘alaihis salam supaya menyembelih anaknya, Ismail. Lalu beliau menyambut perintah Allah tadi tanpa ragu. Karenanya Allah Ta’ala memberikan ganti dari langit sebagai tebusan bagi anaknya, “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Al-Shafat: 107).“Berkata kepada kami Muhammad bin Khalaf Al ‘Asqalani, berkata kepada kami Adam bin Abi Iyas, berkata kepada kami Sullam bin Miskin, berkata kepada kami ‘Aidzullah, dari Abu Daud, dari Zaid bin Arqam, dia berkata: berkata para sahabat Rasu-lullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasu-lullah, hewan qurban apa ini?” Beliau bersabda: “Ini “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka berkata: “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu ada satu kebaikan.” Mereka berkata: “Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu shuf ada satu kebaikan.” [HR. Riwayat Ibnu Majah dalam Sunannya No. 3127]