Kulihat Senyum di Akhir Hidup Mereka

Ratna Eliza SE, Founder Children Cancer Care Community (C-Four) Kedudukan sehat dalam Islam sedemikian penting. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya terdapat kebaikan”. Sebaliknya Islam juga menganjurkan agar kita menjalin silaturrahmi, salah satunya mengunjungi dan peduli terhadap kerabat yang […]

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Ratna Eliza SE, Founder Children Cancer Care Community (C-Four)
Kedudukan sehat dalam Islam sedemikian penting. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya terdapat kebaikan”.
Sebaliknya Islam juga menganjurkan agar kita menjalin silaturrahmi, salah satunya mengunjungi dan peduli terhadap kerabat yang sedang sakit.
Semestinya apa yang dilakukan Ratna Eliza perlu mendapatkan dukungan siap pun. Perempuan kelahiran Palembang, 28 Oktober 1974 ini adalah relawan peduli kanker.
Melalui Children Cancer Care Community (C-Four) berkedudukan di Banda Aceh yang didirikan isteri dari Afrizal ST demikian peduli terhadap anak-anak penderita kanker. C-Four bersama relawan lainnya berupaya memberikan pendampingan dan bantuan kepada anak-anak didera tumor ganas yang kebanyakan berasal dari keluarga berekonomi lemah. Selama menjalani perawatan medis, pasien yang belum mendapatkan giliran rawat di RSUZA atau setelahnya dapat menginap di rumah singgah di kawasan Gampong Lambhuk, Banda Aceh. Di rumah sewa bantuan donasi itu, pihak C-Four juga menyediakan makan dan kebutuhan lain.
Ratna tidak pernah menduga jalan hidupnya akan akrab dengan anak-anak rata-rata tak berusia lama ini. Mulanya, warga Beurawe Banda Aceh ini melihat seorang anak dengan ibunya yang menaiki becak berhenti tepat di depan rumahnya. Anak tersebut bernama,Annisa Alqaisya Funnari (4 th) memiliki benjolan besar di batang lehernya. Ibu tiga anak; Sofia Putri Maharani, M Noer Arief Ar Rahim dan Ade Rayhan Al Ghiffary ini berpikir Annisa menderita gondok. Namun Emi, ibunda Annisa asal Lhokseumawe itu menyebut anaknya menderita kanker getah bening atau limfoma.
Dari pertemuan singkat itu, diketahui Annisa akan dirujuk di RS Pusat Kanker Dharmais Jakarta. Walau biaya pengobatan waktu itu tertanggung JKA, namun biaya akomodasi pendamping atau keluarga anak yang berobat mesti dipersiapkan sendiri.
Hatinya terpanggil untuk menolong. Staf keuangan SMA Laboratorium Unsyiah ini bersedia menemani mencari bantuan melalui Dinas Sosial Aceh. Namun hasilnya tidak sesuai dengan yang dibayangkan, karena anggaran tidak tersedia. “Ibu Emi hanya mendapatkan uang sebanyak Rp. 400 ribu dari seorang pegawai Dinsos Aceh,” sebutnya.
Keinginan agar ibu Emi dan Annisa mendapatkan uang tambahan ia sebarkan melalui jejaring sosial. Status ini mendapatkan respon positif dari teman semasa sekolah yang juga menjadi teman facebooknya. Permasalahan teratasi, ia lega.
Melalui FB juga, Ratna mendapatkan kiriman data dan foto dari teman lainnya. Kasusnya hampir serupa. Adalah Airan (1,5 th) dengan kondisi memprihatinkan. Mata balita asal Subulussalam yang tengah berobat di RSUZA ini, maaf, terdorong keluar lagi-lagi disebabkan kanker. Emosinya bergolak. “Ya Allah, kenapa engkau beri cobaan seperti ini terhadap anak kecil,” ujarnya saat itu.
Pertemuannya dengan anak penderita kanker itu tak lama karena keduanya meninggal dunia. Ia tidak kuat dan bertekad untuk tidak lagi berdekatan dengan anak-anak tak berdosa ersebut.
Di saat vakum itu, justru ia dipertemukan dengan Azizi (1,1 th) , yang kediamannya tak jauh dari rumahnya. Kepeduliannya kembali bangkit, namun tak lama menjalani operasi anak malang ini tak terselamatkan. Di tengah semangatnya benarbenar berada pada titik nadir, Azhari,bapak dari Azizi berkata, “Ayo bangkit, masih banyak Azizi lainnya yang membutuhkan kepedulianmu,” kenangnya.
Ucapan ini mampu membangkitkan semua semangatnya dan rekan-rekan lainnya. Setidaknya 40-an anak para penderita penyakit mematikan namun tidak menular ini pernah mendapatkan sentuhan keibuan dan uluran tangannya. Sesempatnya, ia akan bermain dan berekreasi menuruti permintaan dan membahagiakan anak-anak pilihan Sang Pencipta.
Hatinya tidaklah sekuat baja. Terlebih saat menyaksikan tubuh-tubuh mungil itu menjalani kemoterapi atau disuntik berkali-kali. Namun pantang baginya untuk berurai air mata di depan anak-anak dan keluarga yang mesti menerima takdir. “Saya mesti kuat. Tangisan tidak mampu mengubah nasib. Apalagi kulihat anak-anak calon penghuni surga semua tersenyum di akhir hidupnya” tambahnya.
Ghalibnya pemerintah dan pihak berkompeten perlu menyosialisasikan bahaya dan upaya pencegahan kanker sejak dini kepada masyarakat. “Masyarakat banyak belum tahu akan kanker, sedangkan kanker itu demikian cepat menggerogoti tubuh penderita yang berakibat kematian,” harapnya. (na rIya Ison)
 
 

Dialog

Khutbah

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Menggugah Kepekaan Masyarakat Mencegah Covid-19

Banda Aceh (GEMA) Berdasarkan data badan kesehatan dunia WHO, Indonesia merupakan negara dengan persentase kematian tertinggi pada kasus covid-19. Oleh karena itu, Pelaksana Tugas Gubernur

Wahdah Islamiyah Bangun Sekolah Anak Rohingya

Gema, 27 Januari 2018 Banda Aceh (Gema) –  Krisis Rohingya mengakibatkan sedikitnya 340 ribu anak terlantar di kamp pengungsian Bangladesh. Bahkan lebih dari 60 persen anak-anak

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman