Oleh: dr. Aslinar, Sp.A, M. Biomed
Tim Medis Indonesia yang terdiri dari beberapa gabungan tim Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), TNI, Polri, Universitas Andalas, mendapatkan amanah untuk berangkat ke Pakistan sebagai respon terhadap bencana banjir di negara tersebut. Berangkat pukul 02.00 WIB hari pada 7 Oktober 2022 dari Jakarta. Waktu perjalanan mulai dari Bandara Halim Perdana Kusuma, selama 2,5 jam menuju bandara Sultan Iskanda Muda (SIM) Aceh. Di Aceh, transit selama 1,5 jam untuk urusan imigrasi dan lain lain.
Tepat pukul 06.30 WIB pesawat kembali take off menuju lokasi tujuan selama 4,5 jam. Kami diantar dengan pesawat Garuda sekalian mengangkut berbagai keperluan logistik obat obatan untuk keperluan pelayanan di pengungsian. Alhamdulillah, Jumat 7 Oktober pukul 10.00 waktu Pakistan atau pukul 12.00 WIB, kami para tim medis Indonesia mendarat dengan selamat di Bandara Jinnah, Karachi Pakistan. Alhamdulillah, rasanya terlalu mewah penyambutan yang kami terima baik dari pihak KJRI kita maupun dari Pemerintah Pakistan. Sejak turun dari pesawat sudah dinanti banyak pihak sampai kemudian disambut dengan ramah di ruang VIP bandara serta pengalungan hadiah kain khas Pakistan. Masya Allah.
Di Konsulat Jenderal RI di Karachi, seluruh tim diterima dengan sangat baik, bahkan juga diundang makan malam bersama para ibu ibu Darma Wanita Persatuan (DWP) yang ada di Pakistan. Selain itu juga diterima oleh Chief Minister Provinsi Sindh Mr. Murad Ali Shah, dan kemudian juga diberikan hadiah kain Pakistan. Keesokan harinya tim bergerak menuju lokasi pengungsian di Mirpur Khas sekalian membawa semua logistik juga barang barang pribadi karena akan menginap di dekat daerah bencana tersebut.
Tim akan bertugas selama sebulan di Pakistan dalam respon terhadap musibah banjir Pakistan. Sebagaimana diinformasikan bahwa banjir yang terjadi di Negara Pakistan sejak akhir Agustus lalu memberikan dampak yang signifikan terhadap masyarakat dan lingkungan. Dilansir dari Reuters, hingga hari ini terdapat 809.000 hektare area tergenang banjir, 372.823 bangunan hancur, 33 juta orang terdampak, 7,9 juta orang mengungsi, 3.641 orang luka dan 1.700 orang meninggal dunia.
Ada banyak orang mempertanyakan kenapa saya sering pergi ke lokasi bencana. Apakah tidak merasa takut dan kesusahan di lapangan? Alhamdulillah saya menjalani dengan hati senang dan ikhlas Insyaa Allah. Ada rasa bahagia di hati bila bisa membantu dan mampu membuat anak-anak dan ibu menyusui bisa tersenyum walau sedikit saja, di kala mereka sedang susah tertimpa musibah.
Ada juga yang menanyakan mengapa sanggup meninggalkan anak anak sekian lama? Alhamdulillah anak anak sudah sangat paham dengan kegiatan umminya. Bang Hirzi sangat mendukung saat saya minta izin pergi ke Pakistan. Dek Banat juga langsung menganggukkan kepala, sambil bilang,”Iya pergi aja Ummi, bantuin adik adik kecil yang sakit.” Walaupun kemudian di hari keberangkatan tangisannya pecah.
Selain itu juga ada juga beberapa orang yang mempersoalkan kepergian saya bersafar jauh tanpa ada mahram yang menemani. Untuk pertanyaan begini, saya menjelaskan bahwa bagi saya yang penting adalah izin dan ridha suami saya. Itu saja yang paling penting. Di lokasi pengungsian banyak anak, ibu hamil dan menyusui yang membutuhkan uluran tangan perempuan juga. Bisa dibayangkan kan kalau semua tim medis yang hadir adalah para laki laki? Itu sama halnya dengan pemikiran yang melarang para perempuan untuk sekolah tinggi tapi di saat mau melahirkan, kemudian menolak ditolong oleh dokter kandungan laki laki.
Motto hidup saya adalah berbuat baiklah dan tebar manfaat di seluruh muka bumi, yakinlah bahwa kebaikan akan berbuah kebaikan.