Gema JUMAT, 10 JUNI 2016
PUASA dalam tinjauan berbagai aspek tidak ditemukan melainkan kebaikan demi kebaikan, kemuliaan demi kemuliaan dan keajaiban demi keajaiban. Oleh karena itu sangat wajar jika mereka yang berpuasa dengan benar sebagaimana Rasulullah berpuasa, benar-benar mereka akan mendapatkan kemuliaan di sisi-Nya dengan anugerah agung dari-Nya, yakni ketaqwaan.
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Ibarat sebuah titah seorang raja atau panglima, target dari pelaksanaan perintah ini sudah jelas goal alias targetnya, yakni takwa. Oleh karena itu, segala macam aktivitas yang justru semakin menjauhkan diri dari ketakqwaan sekalipun diri dalam keadaan lapar dan dahaga mesti dipahami dan dijauhi.
Misalnya, menghabiskan puasa dengan banyak menonton televisi dengan beragam tayangan yang menampilkan aurat, merangsang hasrat terhadap makanan dan menjauhkan diri dari mengingat Allah, maka jelas ini adalah puasa yang tidak akan pernah sampai pada tujuan akhir.
Atau, nyaris dalam sebulan menghabiskan waktu sore hari hingga malam dengan kongkow-kongkow di keramaian, hunting beragam makanan untuk ta’jil atau sekedar mondar-mandir dengan motor untuk menunggu waktu Maghrib. Mungkin tidak salah, tetapi jika itu dilakukan setiap hari, hingga tidak ada dzikir kepada Allah, maka ini adalah kerugian.
Oleh karena itu puasa tahun ini mesti kita pahami dengan sebaik-baiknya untuk kemudian menancapkan komitmen dalam diri untuk benar-benar sampai pada ketakwaan. Di antaranya adalah dengan memahami manfaat dari puasa Ramadhan itu sendiri.
Pertama, puasa merupakan kafarat dari sekian banyak kafarat.
“Fitnah seorang laki-laki yang disebabkan keluarganya, hartanya, dan tetangganya, akan ditebus oleh kifarat dari sholat, puasa, dan sedekahnya.” (HR. Bukhari).
Kedua, puasa menghapus dosa-dosa yang telah lalu.
“Siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan ridha Allah, maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari).
Ketiga, puasa menjadi syafaat di hari kiamat.
“Puasa (Ramadhan) dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa akan berkata, “Wahai Rabb, aku mencegahnya makan dan minum di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata, Wahai Rabb, aku mencegahnya tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya.” (HR. Ahmad).
Keempat, ada Surga khusus bagi orang-orang yang berpuasa.
“Sesunguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut ar-Royyan. Pada hari kiamat akan masuk dari pintu itu orang-orang yang berpuasa dan pintu itu tidak akan dilalui oleh seorang pun selain mereka. Dikatakan pada hari itu, ‘Mana orang-orang yang rajin berpuasa?’ Maka mereka pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang ikut masuk melainkan mereka. Setelah mereka masuk, pintu itu pun dikunci, hingga tidak ada seorang pun yang masuk setelahnya.” (HR. Bukhari).
Kelima, Allah kabulkan doa orang yang berpuasa.
“Ada tiga doa yang tdak akan ditolak oleh Allah Ta’ala, yaitu dua orang yang berpuasa sampai ia berbuka, doa seorang pemimpin yan gadil, dan doa orang-orang yang teraniaa. Allah akan mengangkat doa-doa tersebut ke atas awan dan Dia akan membukakan pintu langit bagi doa tersebut. Allah akan berkata, “Demi keagungan-Ku, sungguh aku akan menolongmu walaupun secara tidak langsung.” (HR. Tirmidzi).
Dengan memahami, menghayati dan menyelami empat hadits di atas, insya Allah kita tidak akan menjalani puasa sebatas menahan lapar dan dahaga, tetapi sebaliknya, akan berusaha bersungguh-sungguh mengisi Ramadhan dengan amalan-amalan penting yang diteladankan Rasulullah. Terlebih puasa di antaranya akan menjadikan Allah mengabulkan doa, maka menjelang Maghrib bukanlah waktu yang tepat untuk diisi dengan “keluyuran” melainkan memperbanyak doa hingga tiba waktu berbuka puasa. Wallahu a’lam. Hidcom