Gema Jum’at, 02 Desember 2016
Oleh Fauziah Usman
Masjid merupakan rumah ibadah bagi ummat Islam. Masjid kebanggaan ummat Islam. Keberadaan masjid di suatu tempat menandakan bahwa pada tempat tersebut masyarakatnya beragama Islam.
Aceh dengan penduduknya mayoritas ummat Islam memiliki masjid dengan jumlah yang banyak. Hampir setiap kampung mempunyai sebuah masjid. Pembangunan masjid terus bertambah dari hari kehari. Pembangunan tersebut ada yang bersifat merenovasi untuk menambah keindahan arsitektur masjid atau membangun masjid baru.
Ironisnya, semangat membangun masjid dikalangan masyarakat tidak dibarengi dengan semangat memakmurkannya dengan shalat berjamaah atau dengan aktivitas lainnya yang bersifat ibadah. Di tempat-tempat tertentu, aktivitas shalat berjamaah di masjid hanya dilakukan ketika shalat Jum’at, sedangkan waktu lainnya sering didapatkan pintu masjid tergembok.
Seharusnya masjid bukan hanya dijadikan tempat untuk ibadah shalat. Masjid harus menjadi central bagi ummat Islam dalam segala aktivitas, jadi tempat belajar, tempat berpolitik ataupun tempat berbisnis sekaligus bersilaturrahmi.
Masjid menjadi tempat belajar dalam artian dari masjid bisa belajar tentang segala hal melalui halaqah-halaqah, kajian ilmu keagamaan, khutbah Jum’at, koran masjid atau membaca lansung melalui buku-buku dan kitab-kitab yang disediakan oleh perpustakaan masjid.
Sedangkan masjid menjadi tempat berpolitik dan berbisnis dalam artian, masjid menjadi tempat untuk bermusyawah dalam mangatur strategi demi mamajukan agama maupun negara dengan masyarakat tanpa ada sekat untuk mengeluarkan ide. Semua orang tanpa merasakan berbeda bisa duduk saling berbagi.
Sidi Gazalba dalam sebuah bukunya menyebutkan, masjid menjadi pusat ibadah, pendidikan dan kebudayaan. Dari sinilah semua bermula. Pada masa daulah Abbasiah yang terkenal dengan kejayaan Islam, banyak melahirkan ahli pikir dengan karya-karya agung yang terkenal sampai sekarang. Ilmuan pada masa itu belajar dan mengkaji ilmu pengetahuan dari teras-teras masjid. Pada masa tersebut, masjid dilengkapi dengan ruang-ruang tempat belajar atau mengkaji ilmu pengetahuan dan perpustakaan dengan ribuan jumlah koleksinya.
Aceh hari ini sudah mempunyai banyak masjid dengan fasilitas sangat lengkap untuk kebutuhan ummat. Dalam lingkungan masjid sudah ada wifi gratis, perpustakaan, lembaga pendidikan, radio, lembaga keuangan Islam dan lembaga tertentu untuk belajar berorganisasi, bahkan lengkap dengan fasilitas warung kopi. Belum lagi pendingin ruangan yang memberi kenyamanan bagi setiap orang yang berkunjung.
Sungguh suatu hal yang sangat indah terlihat ketika kebiasaan musyawarah dan mufakat yang selama ini sering dilakukan di warung kopi atau cafe berpindah ke aula masjid. Suasana rumah ibadah yang adem akan melahirkan kebijakan-kebijakan positif. Masjid kampus UIN dan USK menjadi icon sebagai masjid kebanggaan mahasiswa tak pernah sepi dari kegiatan, diskusi, kajian, belajar kelompok dan shalat berjamaah rutin setiap waktu.
Masjid menjadi pusat bagi ummat Islam untuk bersatu. Kita bukan hanya bersatu ketika Islam dinistakan oleh kaum kafir laknatullah, tetapi ummat Islam harus selalu bersatu bagai jiwa satu raga. Kiranya belumlah terlambat untuk selalu mendekatkan hati dan raga ke masjid dengan selalu shalat berjamaah atau aktivitas ibadah lainnya. Kalaupun tidak sanggup mengajak orang lain, cukuplah mengajak diri sendiri dan keluarga untuk ke masjid.
Setiap pribadi mengajak keluarga masing-masing akan ramai juga. Tidak sanggup semua waktu, paling kurang sahlat magrib dan shalat subuh. Sehingga masjid yang sudah dibangun dengan menghabiskan uang ratusan juta tidak sia-sia dan akan selalu ramai dengan berbagai aktivitas jamaah. Ummat Islam akan menjadi kuat dan tangguh dengan shaf–shaf yang dibangun melalui keimanan. Ayo jadikan masjid sebagai pusat semua aktivfitas. Semoga Islam akan terus berjaya di bumi ini dan kita hidup bahagia dunia dan akhirat. Amien.