Masjid Ramah Anak
Masjid memiliki fungsi bukan hanya sebagai sarana untuk ibadah shalat tetapi banyak hal dapat dilakukan seperti wahana dan pengembangan potensi anak dan remaja untuk mencintai masjid. Hal ini disampaikan oleh Dosen FEB Universitas
Malikussaleh, Dr. H. Mohd. Heikal, SE.,MM Anak-anak dan remaja adalah kelompok umur dengan komposisi lebih dari 30 persen dari total penduduk Aceh sekira 5,3 juta jiwa. Angka ini tentu harus mendapat perhatian khusus dan serius sehingga potensi ini bisa didayagunakan secara positif untuk kemashlahatan ummat, potensi yang luarbiasa ini menjadi sebuah kekuatan karena anak-anak dan remaja sebagai generasi millenial dan generasi alpha memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok umur lainnya sehingga potensi besar ini kemudian bila dikembangkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kreatifitas, inovasi dan inisiatif sehingga nantinya menjadi generasi yang berdaya saing dengan basis aqidah dan ukhuwah islamiyah.
Tentu strategi yang dibuat harus komprehensif tidak hanya terkait dengan materi khutbah jum’at saja tapi seluruh aktifitas masjid harus ditetapkan melalui cetak biru yang prosesnya mulai dari pengumpulan informasi, memformulasikannya melalui pengembangan rencana jangka panjang, dan bagaimana kemudian implementasinya melalui program-program, pendanaan dan standard operational prosedures nya dan juga aspek pengawasan dan evaluasi melalui kegiatan terkait dengan monitoring sehingga masjid menjadi pusat dari seluruh aktifitas masyarakat tidak hanya urusan ibadah mahdah tapi juga pengembangan ilmu dan peradaban, sosial, ekonomi, politik, informasi dan komunikasi serta kegiatan yang dapat mendorong ummat mencapai kemajuan dan kejayaan melalui masjid sebagai lembaga publik dan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta memupuk rasa solidaritas kebangsaan dalam semangat ke-Indonesiaan. Dalam hal khutbah jum’at perlu dirancang semacam “kurikulum” agar materi-materi khutbah menjadi lebih kontekstual dan menyentuh persoalan-persoalan terkait dengan generasi muda (kekinian) terutama hal yang berkaitan dengan teknologi digital sebagai ciri utama dari kehidupan hari ini melalui perspektif maqashid syari’ah tentunya.
Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab keluarga/orang tua dalam hal memberikan contoh dan keteladanan bagi anak-anaknya (generasi muda) sehingga tumbuh kesadaran dan kecintaan mereka untuk selalu dekat dengan masjid, peran keluarga/orang tua sangat vital dalam hal motivasi, maka setiap keluarga/orang tua dapat memainkan peran ini secara optimal disamping juga sebagaimana yang kita bahas terkait dengan bagaimana masjid juga memiliki perencanaan strategis dalam men-desain kemakmuran masjid secara berkesinambungan sehingga generasi muda (anak-anak dan remaja) terikat hatinya dengan masjid sebagaimana dinyatakan dalam salah satu hadits Rasulullah Muhammad SAW.
Kader Masjid
Dilain kesempatan, Tgk Barmawi,M.Si selaku Majlis Imam Masjid Syekh Abdurrauf Blang Oi Meuraxa mengatakan, anak dan remaja memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan melalui pelatihan kepemimpinan kader Badan pengurus masjid (BKM), kader remaja masjid, kader dakwah, kader imam dan muazzin, dan pengembangan soft skill yang relevan dengan zaman milenial. Cara ini bisa menjadi daya Tarik ke masjid untuk shalat berjamaah dan kegiatan sosial yang lain. Belum lagi, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia wilayah Aceh juga menyebutkan kegiatan-kegiatan sosial lainnya, seperti gerakan pemuda subuh masjid. Masjid harus di rancang menyenangkan anak dan remaja melalui hal-hal sederhana tetapi memberikan motivasi seperti perlombaan-perlombaan religi, olah raga, seni dengan cara memberikan hadiah-hadiah. Kegiatan-kegiatan keagamaan juga dilibatkan baik sebagai panitia atau peserta .
Persentase jumlah penduduk generasi milenial di Aceh lebih tinggi, maka sudah seharusnya dirancang strategi-strategi dan tema-tema khutbah yang berkaitan dengan perilaku anak dan remaja, yang mudah mengalami rasa malas, ingin sukses secara instan, gejolak jiwanya yang plin-plan,stres / depresi bila mendapat tekanan, anaknya “moody”. Ada istilah baru dikenal dengan Stroberry generation. Berdasarkan fenomena inilah pengurus BKM harus berinisiasi melalui pengisi khutbah memberikan tema-tema yang menyentuh jiwa remaja supaya perilakunya menjadi lebih baik.
“Ada hal positif serta potensi yang cukup banyak pada remaja untuk dikembangkan, hanya saja perlu bimbingan komprehensif tidak hanya melalui mimbar-mimbar tetapi bisa didengar melalui yuotube, istagram, facebook, tik tok dan lain sebagainya”
Bermain memang fitrahnya anak , tetapi keikutsertaan orang tua dalam membimbing bukan memarahi juga sangat mempengaruhi. Tidak hanya orang tua, peran BKM terutama saat shalat jumat dengan mengaktifkan piket shalat jumat khusus mengurus shaf anak-anak supaya rapi dan tertib, mengumunkan kepada jamaah yang membawa anak kecil agar dijaga di sisi lai. Untuk menjebatani mereka buatlah kelompok-kelompok anak dan remaja misalnya himpunan anak-anak cinta masjid, group bola kaki masjid A , perkumpulan rebana ceria masjid B dan lain-lain. Generasi cinta masjid harus terus diwujudkan, kita harus mengapresiasi kedatangan anak di masjid; antara lain berikan senyuman ramah ,hangat dan kuatkan hati mereka dengan memberi pujian seperti, Anak shaleh, rajin shalat ya!, anak pintar dan lainnya. (liza)