Gema JUMAT, 24 Juli 2015
Oleh Ahmad Faizuddin
Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah telah kita rayakan pada 17 Juli 2015. Namun suasana hari raya di Aceh biasanya akan terasa sampai akhir bulan Syawal. Tradisi ini terus bergema seiring dengan banyaknya kegiatan silaturrahim dan halal bi halal di kalangan masyarakat. Syawal menjadi bulan kegembiraan dan sukacita yang diwarnai dengan santapan aneka hidangan khas kue hari raya. Syawal selayaknya menjadi bulan untuk melanjutkan semangat Ramadhan.
Masuknya bulan Syawal sebagai bulan perayaan tidak memberikan kita legalitas dan kesempatan untuk bebas berfoya-foya. Malah kita dianjurkan untuk melanjutkan semangat Ramadhan dengan senantiasa meningkatkan amal ibadah, menjaga makanan supaya tidak berlebihan dan mubazir, memakai pakaian yang sopan dan menutup aurat, serta senantiasa membantu orangorang fakir dan miskin.
Lebaran adalah saat dimana lemak dan kalori kembali kita timbun. Perhatikan saja kue lebaran yang kita sediakan di rumah untuk menyambut tamu, berapa persen yang kita makan sendiri dan berapa persen yang habis dimakan tamu? Kemungkinan besar perbandingannya adalah 60% kita makan sendiri dan sisanya yang 40% dihabiskan oleh tamu. Oleh karena itu, masih ada puasa Syawal selama 6 hari untuk memperbaiki dan melengkapi proses diet kita.
Puasa 6 hari di bulan Syawal adalah amalan sunnat yang sangat dianjurkan. Bagi siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan ditambah dengan 6 hari puasa Syawal akan memperoleh keutamaan dan pahala yang besar setara dengan berpuasa selama satu tahun. Dalam sebuah hadis sahih diriwayatkan dari Abu Ayyub r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh” (H.R. Muslim, Abu Dawud, AtTirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW menggambarkan, “Barangsiapa mengerjakan puasa enam hari bulan Syawal selepas ‘Iedul Fitri berarti ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Dan setiap kebaikan diganjar sepuluh kali lipat”. Dari hadis ini kita mendapatkan rumus: Puasa Ramadhan (30 x 10 = 300) + Puasa Syawal (6 x 10 = 60) = 360 (Jumlah hari digenapkan dalam setahun). Menurut ahli fiqih mazhab Hanbali dan Syafi’i, salah satu faedah terpenting dari puasa sunat enam hari di bulan Syawal ini adalah untuk menutupi kekurangan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Puasa di bulan Ramadhan akan kita rindukan karena pelajaran-pelajaran berharga yang dikandungnya. Belum tentu kita bertemu dengan Ramadhan selanjutnya. Oleh karena itu, fajar Syawal adalah hari kemenangan. Semoga kita belajar untuk menjadi Muslim yang lebih baik, yang berguna bagi masyarakat sekitar. Semoga semangat Ramadhan tetap terpelihara sampai kita berjumpa di Ramadhan berikutnya.
Pada bulan Syawal ini mari kita tanamkan nilai-nilai positif dalam bersikap dan bertutur kata supaya kita dapat hidup dalam keadaan damai dan harmonis. Jangan sampai ketamakan kita kepada materi duniawi menjadikan kita lupa dengan sesama, apalagi lupa dengan Allah SWT dan kampung akhirat sebagai tempat kita kembali.
Sekarang adalah saat yang tepat untuk menilai kualitas ibadah kita masing-masing. Apakah jumlah saf di Masjid semakin mengalami kemajuan? Atau kita malah memilih merapatkan saf di warung kopi dan khusyu’ melakukan tawaf di pasar? Bagaimana dengan kualitas kemajuan bacaan Al-Qur’an kita? Atau kita terlena dengan kenaikan level pada game online seperti Candy Crush atau Criminal Case?
Apakah perlu menunggu waktu tua untuk membaca Al-Qur’an? Ketika mata kita sudah rabun, kemungkinan kita menikmati tulisan indah Al-Qur’an akan semakin berkurang. Maka kesempatan kita bermesraan dan mendulang pahala dari bacaan AlQur’an juga akan semakin berkurang. Sungguh sangat ironis keadaan sebagian orang selama Ramadhan. Ada orang yang sibuk memikirkan berapa juz bisa dikhatamkan dalam sehari, namun ada juga orang yang sibuk memikirkan berapa jus yang bisa disantap hari ini.
Akhirnya, Ramadhan mengandung pelajaranpelajaran penting yang patut kita bawa ke dalam bulan-bulan lainnya. Selama Ramadhan kita senantiasa menjaga shalat, membaca Al-Qur’an dan bershadaqah. Tiga hal ini merupakan obat mujarab yang perlu kita konsumsi di sebelas bulan berikutnya. Allah SWT befirman, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (Q.S. Fathir: 29). Wallahu a’lam.
Penulis adalah Mahasiswa International Islamic University Malaysia (IIUM)