Setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, umat Islam menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri dengan gembira. Penyebabnya, dosa-dosa Muslim telah terhapuskan bila ibadah puasa di bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT.
Sedangkan dosa-dosa sesama manusia akan lenyap jika saling maaf dan memaafkan. Allah tak akan mengampuni kesalahan kita terhadap orang lain sebelum meminta maaf.
Memaafkan merupakan salah satu cara seseorang dalam melepaskan dendam atau rasa kesal, marah, dan kecewa pada orang lain. Bukan sekadar berkata ‘maaf’, tetapi memaafkan juga merupakan sebuah medium untuk menunjukkan rasa empati sebagai bentuk pengampunan pada mereka yang telah menyakiti. Jadi, di Hari Raya menjadi momen silaturahmi dan memperbaiki hubungan serta saling bermaaf-maafkan satu sama lain.
Memang, tidak semua orang berbesar hati mau mengakui kesalahan dan meminta maaf pada orang lain. Sebaliknya, orang kesulitan memaafkan bila kesalahan pihak lain dianggap terlalu besar.
Dari berbagai sumber dihimpun redaksi bahwa memaafkan dan meminta maafkan selain menghapuskan dosa, juga memberi manfaat bagi kesehatan tubuh. Sebuah studi yang dilakukan oleh Annals of Behavioral Medicine menjelaskan, memaafkan akan membuat tubuh lebih rileks. Hal ini akan mengurangi risiko stres dan perasaan tertekan, sehingga pada akhirnya proses memaafkan pun dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang.
Sebaliknya, sikap enggan memaafkan akan membuat seseorang berada di fase marah berlebihan sehingga sulit mengontrol emosi. Hal ini pun pada akhirnya akan menimbulkan risiko tekanan darah tinggi.
Akibatnya enggan memaafkan cenderung mudah emosi. Keadaan ini juga bisa menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang hingga detak jantung tidak beraturan. Namun, dengan memaafkan dapat mengurangi efek negatif dari amarah dan emosi yang berlebihan karena suatu hal sehingga menjadi sarana relaksasi yang mengurangi tingkat stres, dan orang yang berlapang dada memaafkan orang lain cenderung lebih mudah juga untuk memaafkan diri sendiri.