Oleh Sayed Muhammad Husen
Dua kompenen di Masjid Raya Baiturrahman (MRB) telah menyelenggarakan puasa bersama minggu lalu: Baitul Qiradh Baiturrahman (BQB) dan Tabloid Gema Baiturrahman (TGB). Buka puasa bersama BQB dihadiri anak yatim, pengurus, pengawas, pengelola, karyawan, relasi dan masyarakat sekitar kantor cabang, dengan mengambil tempat di Kantor Cabang BQB, Sukadamai, Banda Aceh. Kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap Ramadhan dengan tempat dan suasana sedikit berbeda.
TGB mengadakan buka pusa bersama tahun ini di sebuah warkop Jalan Ramasetia Banda Aceh. Pilihan lokasi warkop, karena warkop ini relasi TGB, pemasang iklan. Sementara nasi untuk makan malam juga dipesan dari relasi lainnya. Selain jajaran redaksi dan usaha/bisnis, TGB memperluas undangan dari kalangan relasi/pemasang iklan, mantan wartawan dan pengurus. Ikut hadir dua imam MRB: Tgk H Ridwan Johan dan Tgk H Syafiruddin Miga, SE.
Sementara Pengurus MRB, sejak awal Ramadhan menyediakan menu berbuka puasa bersama setiap hari untuk 150 jamaah masjid, musafir dan masyarakat kelas bawah di sekitar MRB. Hal ini dilakukan rutin setiap tahun. Hanya saja, tahun ini tempatnya dipilih lebih ruang tertutup: aula masjid. Dengan begitu, akan lebih terkontrol dan nyaman. Insya Allah, akan menyusul buka puasa berasama komponen MRB lainnya: Radio Baiturrahman, TPQ Plus, Iskada dan Remaja Masjid Raya Baiturrahman.
Selain itu, hampir semua organisasi, partai, komunitas, pelaku usaha, sekolah/perguruan tinggi, masjid, dan masyarakat lainnnya juga menyelenggarakan buka puasa bersama. Lalu, apa makna semua ini? Diantara makna itu adalah, cerminan pemenuhan kebutuhan bersosialisasi seorang pribadi muslim. Seorang muslim tak merasa cukup hidup secara pribadi dan keluarga. Ada kebutuhan lainnya yang harus dipernuhi: hidup bermasyarakat (berjamaah). Dalam Ramadhan, simbol hidup bermasyarakat ini ditunjukkan dalam bentuk buka puasa bersama.
Dalam kesempatan buka puasa bersama akan terbangun komunikasi dan relasi saling menguntungkan. Mereka berbagi cerita, pengalaman, informasi dan bahkan berbagi peluang. Bagi teman, sahabat, saudara atau relasi yang lama tak saling bertemu, maka forum berbuka bersama digunakan untuk mempererat silaturrahim, saling tukar nomor kontak dan memperbaharui janji dapat berjumpa lagi melanjutkan kerjasama bisnis, politik atau kemitraan dakwah. Minimal saling mencari tahu perkembangan keluarga besar/ famili.
Makna berikutnya: memperkuat barisan jamaah Islam. Buka puasa bersama dapat menjadi modal sosial bagi bangunan jamaah Islam yang lebih besar. Bukankah semua penyelengara buka bersama disertai semangat kebersamaan, persaudaraan dan ukhuwah. Pasan-pesan yang disampaikan pun dalam bentuk
ceramah, dialog atau obrolan semuanya bermuara pada solidaritas sosial dan ukhuwah Islamiah. Dari sini akan terbangun integrasi sosial Islam. Makna terpenting dari buka puasa bersama sebenarnya adalah semangat yang diwariskan Rasulullah SAW: memberi makanan berbuka bagi orang lain, yang pahalanya sama besar dengan orang berpuasa. Karena itu, tidak sedikit pribadi, keluarga besar dan organisasi yang membiayai sendiri acara berbuka puasa bersama-sama dengan mengumpulkan sejumlah dana yang diperlukan. Tidak mencari sponsor atau minta disponsori.
Spirit bersedekah inilah yang patut terus dilestarikan dan dikembangakan, sehingga niat menghadiri buka puasa bersama bukan mendapatkan minuman dan makanan berbuka, tapi sebaliknya: memberikan makanan berbuka kepada saudara seiman yang lain. Maka disinilah kita merasa bahagia menghadiri buka puasa bersama.
Tentu saja, kita tak bisa juga menghindari buka puasa bersama yang disponsori pemerintah dengan dengan dana negara, partai politik atau dunia usaha. Ini momentum mereka berbuat baik. Tinggal lagi masing-masing kita memberi makna tersendiri, sebab kita telah mengikat diri sebagai bagian dari negara, anggota partai atau group bisnis tertentu. Yang pasti pahala silaturrahim di bulan suci ini tetap tersedia dan belipat ganda.