Gema JUMAT, 27 November 2015
Oleh: Drs.Tgk. Azhari Basar, Pengurus Majelis Adat Aceh
Khutbah Jumat pada hari ini khatib mulai dengan sebuah analisis ayat tentang kapal yang berlayar di tengah samudera yang amat luas. Penumpang kapal itu sangat ta’ajub dengan fenomena alam samudera yang menyimpan sejuta misteri. Ketika penumpang kapal memandang lautan itu ke segala arah, sejauh- jauh mata memandang yang kelihatan hanya laut semata-mata, tidak kelihatan daratan maupun pulau. Dia berpikir, alangkah luasnya alam samudera ini dan alangkah maha kuasanya Allah yang menciptakannya.
Kemudian datang kepadanya kapten kapal yang menceritakan kakayaan bawah laut,dimana terdapat ribuan jenis ikan dan biota laut, sejak ikan yang kecil sampai ikan yang besar, seperti hiyu dan ikan paus. Dibawah alam laut ini terdapat juga jutaan ikan berwarna warni yang sangat indah, merah, hijau kuning, biru, putih, hitam, pink dan lembayung. Tak disangka pula bahwa dibawah alam lautan ini terdapat biota laut dan pepohonan yang hidup bergerak dihayun gelombang samudera dalam aneka warna yang sangat menawan.
Di saat-saat dia merenung keajaiban dan misteri ciptaan Allah SWT, tiba-tiba datang badai yang menyebabkan kapal itu terombang-ambing dihempas gelombang laut setinggi gunung. Lalu mereka menyeru dan berdoa kepada Allah Yang Maha Agung, “tolong kami, ya Allah, tolong kami dan selamat- kan kami”. Sebahagian penumpang mabuk laut, pingsan dan terjerembab ke lantai geladak kapal.
Tak lama kemudian, badai berlalu, laut menjadi tenang kembali. Kapal cepat-cepat diarahkan menuju daratan. Setiba di darat, sebahagian mereka melakukan sujud syukur, telah selamat dari ganasnya alam samudera. Sebahagian lagi turun ke darat dengan pongah, tanpa sujud syukur, malah mengatakan pada teman-temannya, bahwa dia selamat karena usaha dan kekuatannya sendiri melawan badai laut yang dahsyat itu. Kisah seperti ini sebahagiannya terdapat dalam firman Allah SW, surat Luqman ayat 31-32, yang artinya :
“Adakah kamu meperhatikan, bahwa kapal yang berlayar di lautan samudera itu dengan berbagai nikmat Allah SWT, untuk diperlihatkan tanda-tanda kebesaranNya. Yang demikian itu merupakan ka- rinah atau tanda-tanda bagi setiap orang yang sabar dan mau bersyukur. Dan tatkala kapal itu dihempas gelombang setinggi gunung, mereka menyeru Allah dengan memurni- kan ketaatan kepada Nya. Maka takala Allah menyelamatkan mereka sam- pai ke daratan, sebahagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus yaitu taat dan mengakui kekuasaan Allah. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang tidak setia, khianat dan ingkar.
Dalam Al-Quran masih banyak lagi ayat- ayat yang menceritakan berbagai fenomena alam dan penciptaan aneka makhluk Allah, seperti langit yang tidak bertiang, bumi, matahari dan bintang-gemintang, pen- ciptaan unta seta tumbuh- tumbuhan aneka macam dan aneka rasa.
Yang menjadi pertanyaan dalam hati sebagian orang ialah mengapa ada ayat-ayat seperti ini dalam Al-Quran. Jawabnya adalah, semua ini untuk mencerdaskan pemikiran manusia dan supaya kokoh imannya, bahwa Allah adalah Tuhan yang maha perkasa.
Ayat-ayat yang penuh misteri seperti itu termasuk ayat-ayat yang mutasyabi- hat dan menimbulkan ber- bagai analisa penafsiran, tidak ada yang mengetahui rahasiaNya kecuali Allah SWT dan para pakar yang sangat dalam ilmunya. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT : “ Tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah dan orang yang sangat dalam ilmunya “ (Ali Imran: 7)
Di masa-masa kejayaan Islam dulu, proses pencerdasan umat Islam berjalan sangat cepat dan sangat sukses. Di beberapa negeri Islam di Timur Tengah terdapat ratusan pusat-pusat pendidikan tinggi yang melahirkan ulama besar kaliber dunia. Kemudian sejak akhir abad 15 Masehi, dunia Islam mengalami kemunduran yang sangat memprihatinkan, disebabkan karena perpecahan, perebutan kekuasaan, keringnya ruh keimanan, terkapar dalam kemiskinan dan runtuhnya menara keilmuan.
Aceh termasuk negeri yang pernah memperoleh kejayaan yang luar biasa pada masa lalu. Ulama- ulama besar lahir di negri ini, seperti Syekh Hamzah Fanshury, Syekh Syamsud- din As-Sumaterany, Syekh Nuruddin Ar-Raniry dan Syekh Abdur Rauf Syiah Kuala. Ekonomi perdagangan di Aceh sangat pesat sehingga pelabuhan di Aceh di singgahi oleh berpuluh-puluh kapal dagang dari negri-negri di atas angin seperti Parsi, Turki, Portugis, Inggris, Cina, India, Arab, Mesir dan lain-lain.
Apabila negeri Aceh ini ingin kembali kepada era kejayaan seperti dulu, maka tidak ada jalan lain kecuali kita mulai dengan memperbaiki kualitas ummat di bidang moral, keimanan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan persatuan yang kokoh diantara kita.
Marilah kita jadikan Islam di Aceh ini sebagai agama dalam kebersamaan, kepatuhan, toleran dan menghindari konflik di antara kita. Sebagaimana kata-kata hikmah, yang artinya “Tidaklah dinamakan Islam kecuali karena berjamaah, dan tidak ada jamaah kecuali karena adanya kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali adanya ketaatan”.
Janganlah hal-hal yang furu’iah ijtihadiyah membuat kita bertengkar dan membangun friksi-friksi dalam masyarakat kita. Marilah kita jaga kekom- pakan dan persatuan seperti tembok yang kokoh, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran : “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang- orang yang berjuang di jalanNya secara bersaf-saf, seakan-akan mereka sepeti benteng yang kokoh”.
Kita sangat bangga dan mengapresiasi pemikiran dan kerja ulama-ulama Aceh atas prakarsa MPU Aceh, yang telah mempertemukan pikiran cerdas mereka pada Muzakarah Ulama Aceh beberapa minggu yang lalu, yang telah berhasil melahirkan keputusan-keputusan yang menyejukkan dan menyatukan hati ummat serta mencairkan perbedaan pendapat dalam masalah- masalah agama yang terjadi pada waktu-waktu yang lalu.
Kita merindukan rakyat Aceh menjadi ummat yang cerdas dan mampu melakukan keunggulan di segala aspek kehidupan. Hal ini bukanlah merupakan sesuatu hal yang mustahil asal dilakukan dengan penuh perencanaan dan kesabaran, sebagaimana telah dilakukan oleh bangsa-bangsa yang lain. Allah SWT telah menyatakan bahwa ummat Islam merupakan ummat yang terbaik yang pernah diturunkan di muka bumi ini, sebagaimana firmanNya:
Artinya “Kamu adalah ummat yang terbaik yang ditampilkan di tengah- tengah manusia yaitu menyuruh yang ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar serta beriman kepada Allah”.
Sebagai ummat yang terbaik, tentulah ummat yang cerdas, yang kaya inovasi, memiliki moralitas yang tinggi, kokoh imannya, suka bekerja keras, menyayangi atau peduli kaum yang lemah dan memiliki kekayaan hati.