Gema JUMAT, 16 Oktober 2015
Khutbah Jum’at, Dr. Tgk. H. Agusni Yahya, MA, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar Raniry
Hari ini adalah tanggal 3 Muharram tahun 1437H. Kita bersyukur ke hadhirat Allah swt karena atas taufiq dan hidayahNya kita sudah tiga hari berada dalam tahun baru Islam dalam keadaan beriman dan bertaqwa. Oleh karena itu marilah kita terus meningkatkan kualitas iman dengan meningkatkan amal dan senantiasa ingat kepada nikmat Allah dengan mensyukuri segala nikmatNya. Janganlah sekali-kali kita sampai lupa, apalagi sampai mengingkari kepada nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya sehingga menyebabkan kita hati kita keras dan bekuakibat telahterjatuh dalam kefasikan dan kemunafikan sehingga jauh dari rahmat, taufiq dan hidayah Allah swt.
Dalam suasana momentum awal tahun seperti saat ini marilah kita memperhatikan pesan dan pelajaran dari firman Allah dalam surat al-Hasyar ayat 18 dan 19 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dikedepankannya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah terhadap apa yang kamu kerjakan Maha Mengetahui.
Selanjutnya, Allah menyuruh kita untuk memikirkan atau mengingat tentang amal-amal yang telah kita persembahkan ke hadapan Allah di masa lalu (selama setahun yang baru kita lewati).
Ini bermakna bahwa kita sendiri secara pribadi yang melakukan introspeksi (muhasabah nafsiyyah fardiyyah) terhadap kita diri sendiri. Kita sendiri yang bertanya, menilai, menghitung secara hati nurani terhadap kondisi amal dan prestasi yang kita capai, bukan orang lain, dan kita sendiri pula yang mampu memberi jawaban secara objektif, apakah kita termasuk orang yang beruntung(al-muflih) atau menjadi orang yang merugi atau bangkrut(al-muflis).
Perintah Allah “hendaklah setiap diri (jiwa) mengadakan aktifitas psikologis bertafakkur (memikirkan), bertazakkur (mengingat), dan bertakhayyul (merenung), terhadap apa saja yang telah kita kerjakan, kita hasilkan selama dalam kurun waktu setahun ini adalah karena tidak ada satupun amal anak Adam ini yang luput dari perhatian, pencatatan, pantauan dan penghitungan Allah swt. Allah swt Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Penghitung dan Maha Ahli terhadap setiap amal manusia, dari yang sekecil-kecilnya apalagi yang sebesar-besarnya.
adalah kita di dunia saat ini sudah terlebih dahulu, mengirimkan dan menyimpan tabungan amalsecara cicilan setiap hari siang dan malam untuk dipetik hasilnya di hari akhirat nanti berupa pembebasan dari azab neraka dan mendapat kenikmatan syurga.
Ayat selanjutnya Allah mengingatkan kita agar kita jangan sampai lupa mengingat Allah karena jika kita lupa mengingat Allah, Allah akan membuat kita lupa untuk mengerjakan amal-amal saleh yang harus kita persiapkan untuk kepentingan diri kita sendiri untuk hari esok (hari akhirat). Orang-orang yang telah dilupakan demikian disebut orang yang fasiq.
Orang-orang fasiq adalah orang-orang yang telah lepas kendali hidup dari taufiq dan hidayah Allah swt, akibatnya hidupnya terombang-ambing, galau, kacau, silau dengan kehidupan dunia materi di bawah kkendali syaitan dan memperturutkan hawa nafsu.Orang yang fasiq, jangankan bisa diharap untuk membantu memperbaiki orang lain, dirinya sendiri tidak mampu melangkah ke jalan yang yang benar dan bermanfaat serta bermartabat, karena ia telah lupa diri. Oleh karena itu, kita harus berhatihati terhadap orang-orang yang fasiq.
Jangan mudah terpengaruh sehingga kita pun mengikuti jalan hidup orang fasiq. Dan janganlah engkau ikuti orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengngat Kami, lalu diperturutkannya kehendak hawa nafsunya, dan jadilah segala perbuatannya di luar batas. (al-Kahfi: 28).
Setelah kita bermuhasabah nafsiyyah, berintrospeksi dan mengaca diri terhadap eksistensi diri dan segala amal selama ini, dan supaya kita tetap menjadi orang mukmin yang bertaqwa yang tidak pernah lalai dan lupa mengorientasikan hidup ke negeri akhirat, makadi awal tahun hijrah seperti ini, kita perlu merencanakan, menyusun langkah, dan membulatkan niat dan tekat dengan penuh harap kepada Allah swt untuk menjalani esok tahun 1437H.
Pengertian hari esok dapat kita bagi kepada tiga masa. Pertama, hari esok selama kita masih diberi jatah hidup oleh Allah swt. Kedua, hari esok sesudah kita dijemput oleh ajal kita masing-masing, tetapi kehidupan dunia masih berlangsung. Ketiga, hari esok (hari akhirat) setelah dunia ini kiamat.
Hari esok kelompok pertama (selama hayat dikandung badan kita). Masa ini adalah sangat singkat dan tidak ada seorang pun yang bisa memastikan berapa jatah umurnya dan kapan ajal seseorang bakal berakhir. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 34 dan al-Anbiya’ ayat 35.
Untuk ini kita harus merencankan dan mempergunakan lima kesempatan untuk beramal semaksimal mungkin sebelum datang lima hal yang menghadangnya: Rasulullah bersabda:
Pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima! 1. Hidup sebelum mati 2. Sehat sebelum sakit 3. Lapang sebelum sempit 4. Muda sebelum tua dan 5. Kaya sebelum miskin (HR. Al-Hakim dan AlBaihaqi dari Ibnu Abbas).
Hari esok kedua,(saat kita sudah tiada, tetapi dunia belum kiamat),sebelum kita dipanggil menghadap Sang Pencipta, hendaklah kita banyak meninggalkan dan mewariskan amal jariah sosial untuk memperbaiki dan memajukan kehidupan peradaban umat manusia. Contohnya menyedekahkan atau mewaqafkan harta untuk membangun sarana ibadah, sekolah, sarana jalan untuk umum, dan sarana-prasarana publik lainnya.Begitu juga bantuan donatur beasiswa untuk anak yatim, fakir msikin, anak terlantar. Dengan demikian kita telah ikut membangun hari esok yang lebih baik untuk generasi penerus agama, umat dan bangsa di masa depan. Rasulullah saw bersabda: Hari esok ketiga adalah hari akhirat.