Oleh: Tgk.Fakhruddin Lahmuddin, M.Pd.
Seorang mukmin penting sekali memperhatikan persoalan niat dalam melakukan setiap amalnya karena apa yang akan ia peroleh dari amalnya tergantung pada apa maksud dia mengerjakan amal tersebut bahkan maqbul ( diterima ) atau tidak maqbulnya amal juga tergantung pada maksudnya( niat ).Juga cara ia mengerjakannya serta hasil dari kerjanya tergantung pada niatnya.Sebuah pekerjaan yang didasari atas maksud baik maka akan dikerjakan dengan baik dan akan memberikan hasil yang baik pula.sebaliknya sebuah pekerjaan yang didasari atas maksud tidak baik maka akan dikerjakan asal jadi sehingga hasinya tidak baik dan tidak berdaya guna.Khusus dalam persoalan ibadah niat karena Allah swt atau karena selain Allah swt akan berinflikasi pada diterima atau tidaknya ibadah tersebut.
Mengingat besarnya peran niat dalam sebuah ibadah maka para ulama sepakat menempatkan niat sebagai sesuatu yang harus ada ada yang posisikannya di syarat dan kebanyakan ulama memposisikanya di rukun setiap ibadah, Para ulama dalam menyusun hadits-hadits yang dianggap sebagai hadits induk dalam islam mereka telah tempatkan hadits tentang niat sebagai yang paling induk dalam islam,seperti yang disusun oleh Amru ibnu Shalah, Imam An-nawawy dan Ibnu Rajab al-Hambaly.
Berikut ini khatib sampaikan beberapa hadits tentang pentinya membetulkan niat untuk setiap amal kita supaya apa yang kita kerjakan disamping berguna juga yang paling penting adalah diterima oleh Allah swt dan diberi pahala sesuai yang telah Allah swt janjikan. Dari Umar bin Khattab Berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda ; sesungguhnya seluruh amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan memperoleh dari amalnya apa yang ia niatkan,maka siapa yang hijrahnya karena perintah Allah dan Rasulnya maka hijrahnya akan bernilai ukhrawy ( mendapat pahala akhirat ) dan yang hijrahnya untuk maksud materi dunia atau perempuan untuk dinikahi maka hasil hijrahnya hanya sebatas mendapatkan apa yang dimaksud.( tidak mendapat pahala akhirat ) H.R. Bukhary dan Muslim. Dalam Hadits lain Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah swt tidak melihat pada tampilan kalian dan status kekayaan kalian tetapi Allah SWT melihat pada hati dan amal kalian.H.R. Bukhary dan Muslim. Melihat hati artinya melihat pada maksud kalian mengerjakan suatu amal.
Untuk sebuah niat yang baik akan dicatat Allah SWT sebagai sebuah kebaikan sekalipun tidak kita buat karena ada keuzuran,Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang niat mengerjakan suatu kebaikan tapi ia tidak dapat mengerjakannya maka dicatat sebagai amal baik. H.R. Muslim. Ketika Rasulullah saw dan para shahabat berada di Tabuk untuk menghadapi perang Tabuk, Rasulullah saw bersabda : sesungguhya di Madinah ada sejumlah orang yang tidak ikut ke Tabuk berperang melawan orang-orang kafir namun mereka juga ada dapat pahala perang Tabuk seperti kita, lalu ada shahabat yang bertanya : wahai Rasulullah saw bagaimana mereka bisa dapat juga pahala sedangkan mereka tidak ikut perang ke Tabuk? Rasul saw menjawab : mereka niatnya mau ikut tapi terhalangi oleh sembarang keuzuran.H.R. Abu Daud dan Bukhary. Untuk niat tidak baik dari suatu amal maka akan berakibat tidak baik bagi pelakunya seperti sabda Rasul saw : Apabila dua orang muslim berkalahi dengan pedang maka yang membunuh dalam neraka dan yang terbunuh juga masuk neraka,ada shahabat yang bertanya : wahai Rasul saw kenapa orang dibunuh juga masuk neraka ? Rasul saw menjawab : karena dia juga berniat membunuh lawannya. H.R.Bukhary dan Muslim. Dalam hadits lain Rasul saw bersabda : Barangsiapa yang menikah dengan jumlah mahar tertentu secara hutang lalu dia berniat tidak melunasinya maka dia dianggap oleh Allah swt sebagai penzina dan barangsiapa yang berhutang dia berniat tidak melunasi hutangnya maka dia dianggap pencuri. H.R. Ahmad.
Amal ibadah yang dikerjakan dengan niat yang tidak betul diancam dengan neraka di hari akhirat kelak seperti sabda Nabi saw dalam hadits Abu Hurairah beliau berkata, saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : sesungguhnya orang yang pertama diadili pada hari akhirat adalah orang yang mati syahid di medan perang, lalu dia didatangkan ke hadapan Allah swt lalu ditampakkan kepadanya hasil pahala yang akan ia terima sehingga ia tahu inilah pahala yang akan saya terima, allah swt bertanya; apa yang sudah kamu perbuat ? ia menjawab : aku berjhad karena Engkau ya Allah swt sehingga aku mati syahid, Allah swt mengatakan kamu dusta, kamu berjihad untuk supaya dikatakan kamu pemberani, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka, orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya,ia didatangkan ke hadapan Allah swt dan ditampakkan kepadanya hasil pahala belajar dan mengajar ilmu lalu Allah swt bertanya kepada : apa yang sudah kamu buat sehingga mendapat hasil pahala ini, ia menjwab : aku belajar dan mengajarkan ilmu karena Engkau ya Allah, Allah swt mengatakan kamu dusta, kamu melakukannya supaya dikatakan kamu a’lim lalu dilemparkan dalam neraka. Orang yang membaca alqura’n lalu ia akan didatangkan ke hadapan Allah swt dan ditampakkan hasil pahala menbaca alqura’n sehingga dia tahu hasil pahalanya lalu Allah swt bertanya; apa yang sudah kamu kerjakan / dia menjawab : saya membaca alqura’n karena Engkau ya Allah swt, Allah swt mengatakan kamu dusta, kamu baca alqura’n supaya dikatakan kamu adalah qari’. H.R. Muslim. Mua’wiyah bin abi Sofyan ketika sampai kepadanya hadits ini beliau menangis sampai pingsan, lalu Mua’wiyah membacakan satu ayat dalam surat Hud ayat 16 yang artinya : barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya saja maka Kami penuhi keinginannya di dunia dan tidak Kami kurangi sedikitpun,dan tidak ada baginya di akhirat kecuali neraka.
Di akhir khutbah ini khatib ingin mengajak diri sendiri dan suluruh siding jamaah marilah kita terus berusaha dengan segenap kemampuan kita untuk selalu membetulkan niat sebelum kita beramal sesuatu sehingga dapat diterima disisi Allah swt dan berdaya untuk kita dan orang lain.