Dewasa ini salah satu cara berdakwah yang sangat efektif adalah melalui media massa. Seperti Radio Baiturrahman dan Tabloid Gema Baiturrahman yang merupakan media dakwah yang dimiliki Masjid Raya Baiturrahman.
Namun sayangnya, perjalanan Radio Baiturrahman kini terkendala dana. Manager Program Radio Baiturrahman Ruskhanidar menjelaskan bahwa kebutuhan biaya untuk karyawan saja dalam sebulan sebesar Rp 20 juta. Sedangkan pendapatan radio ini sekarang hanya Rp 10 juta dari berbagai bentuk iklan. Akibatnya tidak menutup kemungkinan di masa mendatang Radio Baiturrahman terpaksa gulung tikar. “Di tengah kondisi kami yang pas-pasan kami berusaha memberikan pelayanan yang terbaik,”tuturnya.
Bersama tenaga kerja radio lainnya, kata Ruskhanidar, ia siap bekerja semaksimal mungkin untuk mengembangkan radio. Ia berharap pengurus Masjid Raya Baiturrahman mengupayakan bantuan dana kepada radio itu. Katanya, selama ini dana-dana operasional radio Baiturrahman murni berasal dari usaha radio itu sendiri. “Penguasaan media di masa sekarang menjadi hal yang mutlak,”paparnya.
Selain kebutuhan dana, Radio Baiturrahman membutuhkan gedung dengan ruangan yang mencukupi. Setiap ruangan memiliki fungsi tertentu seperti ruang siaran, meeting, produksi dan sebagainya.
Radio yang berada di 98,5 MHz ini memiliki 12 penyiar. Tenaga kerja itu dinilai sudah mencukupi kebutuhan. Masing-masing mendapat chief selama tiga jam. Jika diakumulasikan, setiap penyiar bekerja selama sehari dalam satu minggu. Sedangkan total seluruh waktu siaran radio sehari sampai 18 jam. Melalui kecanggihan teknologi, sekarang radio ini bisa didengar secara live streaming. “Pendirian awal radio sehingga suara Masjid Raya bisa didengar oleh orang di luar masjid,”ucapnya.
Program-program awal radio ini seperti kuliah shubuh, halaqah maghrib, dan shalat. Seiring berjalannya waktu program-programnya pun ada penambahan. Misalnya menyiarkan dakwah dari penceramah nasional. Juga ada pengurangan durasi dakwah, sehingga para pendengarnya tidak merasa jenuh. Sedangkan untuk renungan malam jeda waktu siarannya selama lima menit. “Singkat, padat, dan enak didengar,”pungkasnya.
Diminati
Komisaris Radio Baiturrahman, Ridwan Johan menjelaskan menurunnya jumlah pendengar Radio Baiturrahman berimbas pada penurunan jumlah pendapatan dari iklan. Sebab timbul kesan kurang menarik di kalangan masyarakat karena pemutaran lagu di radio dinilai kurang islami. Masyarakat berperan penting untuk memantau dan memberi masukan terhadap acara yang disuguhkan oleh radio.
“Ke depan kita mengupayakan bahwa Radio Baiturrahman betul-betul menyiarkan syiar islam. Kalau syiar Islam orang senang mendengar,”tegasnya yang juga merangkap sebagai pengurus Masjid Raya.
Diharapkan manager iklan radio terus berusaha mencari iklan untuk meningkatkan pendapatan radio. Sedangkan untuk dana yang lebih besar, hal itu bisa dirundingkan dengan pengurus Masjid Raya. Kata Ridwan, radio Baiturrahman sudah pernah mendapatkan bantuan dari Masjid Raya. Saat ditanyakan kapan, ia menjawab sudah tidak ingat lagi. Karena itu tanggung jawab pengurus besar masjid.
Ia menambahkan bahwa untuk menarik minta pendengar maka jarak jangkau penyiaran harus lebih luas lagi. Jadi para pendengarnya tidak hanya warga di kawasan Banda Aceh. Dulu siaran radio bisa didengar dari Sabang sampai ke Sigli, Pidie. Maka harus ada pembenahan pada pemancar radio.
Hal senada juga diungkapkan oleh anggota DPRA Komisi V, Jamaluddin T. Meuku. Ia menjelaskan bahwa radius penyiaran Radio Baiturrahman harus diperluas lagi. Lebih baik ke depan radio ini memiliki penambahan studio. Sehingga para pendengarnya lebih banyak.“Saya pikir acar Radio Baiturrahman sudah bagus,”ujarnya. Persoalan bantuan dana, kata Jamaluddin, DPRA siap merekomendasikan bantuan itu untuk Radio Baiturrahman. Zulfurqan