GEMA JUMAT, 22 MARET 2019 Al Chaidar Abdul Rahman Puteh – Pengamat Terorisme Belakangan ini kita disuguhkan dengan persoalan-persoalan radikal yang begitu memprihatinkan. Terbaru yang terjadi adalah insiden penyerangan kasus penembakan yang menewaskan 49 orang dengan menyasar dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) lalu. Indonesia sebagai negara yang mayoritas rakyatnya beragama Islam dikaitkan dengan fenomena terorisme yang mengatasnamakan Agama. Aksi terorisme acapkali dikaitkan dengan Islam. Banyak penolakan terkait dengan hal tersebut, mengingat Islam adalah Agama yang damai dan mencintai kedamaian. Apa sebenarnya yang salah dari sebuah Agama, terlebih Islam. Mengapa seringkali dikaitkan dengan aksi terorisme, bukankah Islam adalah Agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan, mengapa kekerasan yang dilakukan diatasnamakan Jihad dan seolah Tuhanlah yang bertanggungjawab terhadap peristiwa tersebut. Dan bagaimana pemahaman keagamaan justru berpengaruh terhadap rasa nasionalisme itu sendiri. Simak wawancara singkat wartawan Tabloid Gema Baiturrahman Indra Kariadi dengan pengamat terorisme, Al Chaidar Abdul Rahman Puteh. Bagaimana kita bisa mengenal terorisme itu lebih dekat? Pada umumnya terorisme adalah gerakan milan harian yang menjanjikan surga bagi siapa saja yang berjuang untuk melakukan serangan serangan terhadap manusia. Gerakan-gerakan terorisme sering sekali berbasis agama atau ideologi-ideologi kekerasan yang memberikan janji surga atau janji eskatologis lainnya. Apa sebenarnya yang menggerakkan orang menjadi teroris? Janji ke surga adalah faktor utama yang menggerakkan orang untuk melakukan terorisme selain itu juga kebencian terhadap orang lain yang berbeda ras suku dan agama atau kepercayaan. Mengapa banyak yang mengaitkan teroris dengan Islam? Orang mengaitkan terorisme dengan Islam karena memang agama Islam adalah agama yang banyak memberikan arahan untuk melawan kezaliman dan kemungkaran yang terjadi di sekitarnya. Jadi Islam adalah agama yang sangat responsif terhadap munculnya gejala-gejala sosial yang patologis atau munculnya peraturan-peraturan yang bertentangan dengan aturan-aturan Tuhan. Bagaimana dengan paham radikalisme yang merasuki anak muda? Anak muda zaman sekarang ini memang memiliki banyakaliran-aliran sakti aneh-aneh yang datang dari luar negeri dan kemudian mereka terhipnotis dan tertarik dengan aliran aliran tersebut dan kemudian terjebak serta susah melepaskan diri dari aliran-aliran tersebut. Sehingga mereka mudah di cekoki untuk melakukan tindakan tindakan yang bertentangan dengan kemanusiaan dan agama Kini isu toleransi masih terus bergaung, adakah hubungan radikalisme, intoleransi, dan terorisme? Intoleransi adalah bentuk awal dari terorisme kemudian berkembang menjadi radikalisme yang anti terhadap pemerintah dan selanjutnya berkembang menjadi terorisme yang anti terhadap masyarakat sipil dan juga pemerintah. Terorisme selalu menyerang sipil yang tak bersenjata Apa yang harus di lakukan baik masyarakat maupun pemerintah dalam menangkal radikalisasi? Pemerintah bisa mencegah dengan cara tidak memberikan izin operasional bagi aliran-aliran atau sekte-sekte tertentu yang meresahkan masyarakat atau mengadu domba masyarakat, sehingga masyarakat satu sama lainnya saling menyerang seperti kejadian di Utrecht ataupun di New Zealand Bagaimana kita bisa memerangi terorisme? Memerangi terorisme bisa dilakukan dengan cara humanisasi atau kontra wacana atau regimentasi peraturan-peraturan yang mempersempit ruang gerak aliran-aliran tertentu yang ekstrem Apa yang dibutuhkan agar orang yang terlibat teroris bisa sadar dan memulai hidup baru? Agak sulit menyadarkan orang yang sudah terlibat dengan terorisme dan saya kira memang program deradikalisasi tidak bisa berjalan karena secara konseptual salah dan teorinya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan dan data-data di lapangan. Perlu ada program humanisasi dan kontra wacana agar mereka bisa memahami agama secara non kekerasan. Program humanisasi adalah program yang memanusiakan manusia yang pernah terlibat dalam upaya terorisme untuk menyerang dan membunuh orang lain karena itu bertentangan dengan agama dan pelakunya harus di manusiakan agar mengetahui multikulturalisme pluralisme dan toleransi. Program kontra wacana adalah program diskusi tentang tema-tema yang menjadi dasar bagi para teroris untuk melakukan gerakan ataupun serangan-serangan. Untuk konteks Islam, wacana yang sering dipakai adalah jihad atau daulah Islam atau Khilafah. Program kontra wacana berusaha menyandingkan dan membahas wacana-wacana yang sangat sensitif di dalam dunia pergerakan agar mendapatkan bandingan yang bisa memberikan alternatif bagi mereka yang memahami wacana-wacana tertentu tersebut secara monolitik |