GEMA JUMAT, 17 MEI 2019
Oleh Fahmi M. Nasir
Mahasiswa S3 Konsentrasi Tata Kelola dan Hukum Wakaf pada Fakultas Hukum International Islamic University Malaysia
Sayed Muhammad Husen
Ketua Pengawas Baitul Qiradh Baiturrahman
Ketika keputusan menelusuri wakaf diaspora Aceh secara langsung ke Makkah sudah dibuat, maka langkah selanjutnya perlu dilakukan adalah mencoba membangun kontak dengan Nazir Wakaf Baitul Asyi dan pihak-pihak yang mungkin mengetahui informasi mengenai wakaf di sana.
Segera saja, kami menghubungi berbagai pihak yang kami kenal untuk meminta tolong memfasilitasi pertemuan dengan pihak-pihak terkait di sana. Kalau saja pihak-pihak terkait ini tidak bersedia untuk ditemui, atau ada kegiatan lain ketika kami berada di sana, sudah tentu perjalanan ini tidak akan membawa hasil signifikan seperti yang diharapkan.
Beruntung sekali kami mengenal dengan baik Tgk Jamaluddin Affan Asyi yang selama ini menjadi penghubung antara Nazir Wakaf Baitul Asyi dan Pemerintah Aceh. Lelaki asal Peudada ini sudah hampir 26 tahun berdomisili di Makkah, sehingga dia sangat dipercaya oleh Nazir Wakaf Baitul Asyi.
Dia juga mengenal dengan baik keturunan Aceh yang tinggal di Makkah yang mungkin mampu memberikan informasi yang jelas tentang seluk beluk Baitul Asyi dan wakaf Aceh yang lain, jika ada. Sudah tentu, dia sendiri merupakan salah seorang yang sangat mengerti kondisi wakaf diaspora Aceh di Makkah. Hal ini juga yang membuat kami merasa, bahwa dalam pertemuan dengan nazir nantinya, Tgk Jamaluddin Affan harus ikut serta menemani kami.
Alhamdulillah, ketika kami mengutarakan rencana tersebut, Tgk Jamaluddin Affan menyambutnya dengan positif. Dia segera menghubungi Nazir Wakaf Baitul Asyi, Dr Abdul Latief bin Muhammad Baltho dan Prof Dr Abdurrahman Abdullah Ba’id Asyi untuk menyampaikan permohonan kami tersebut. Tgk Jamal, begitu dia sering dipanggil, juga menghubungi Tgk Sulaiman Asyi, orang Aceh yang sudah duduk di Makkah sejak tahun 1966, untuk memberitahukan rencana kami itu.
Tak lama kemudian sudah ada jawaban positif dari nazir wakaf yang mengabarkan mereka bersedia memberikan kesempatan untuk kami bertemu dengan dua opsi pilihan waktu, akhir Maret 2019 atau minggu pertama April 2019.
Kami memutuskan untuk memilih opsi kedua, mengingat perlu mengadakan beberapa persiapan yang terkait dengan keberangkatan. Untuk memudahkan proses keberangkatan, akomodasi selama di Makkah dan urusan yang lain, kami memutuskan untuk berangkat bersama dengan travel umrah yang banyak terdapat di Aceh sekarang ini.
Opsi ini lebih mudah karena segala urusan keberangkatan, tiket, visa, akomodasi dan lain-lain akan diurus oleh pihak travel. Sudah tentu dengan banyaknya travel umrah yang ada di Aceh sekarang, pilihan kami pun cukup banyak. Pihak travel yang kami pilih itu pun sangat profesional dalam mengatur perjalanan itu berjalan dengan lancar.
Memandangkan kami berangkat dengan travel umrah, sudah tentu keberangkatan ke sana juga akan bersama-sama dengan jamaah umrah yang lain. Bagi kami, ini juga suatu pengalaman yang menarik dapat bersilaturrahmi dengan muslim Aceh yang berasal dari berbagai daerah dan berasal dari beragam latar belakang yang berbeda.
Ini adalah sebuah kesempatan yang patut kami syukuri, karena dalam perjalanan menelusuri jejak wakaf diaspora Aceh di Makkah, kami secara tidak langsung juga menapaktilasi perjalanan pendahulu kita berangkat ke tanah suci bersama jamaah lain. Tentu saja sarana transportasi yang kami gunakan sekarang jauh berbeda dengan mereka dahulu. Mereka berangkat dengan kapal laut, sehingga tidak heran pada setiap pelabuhan yang menjadi tempat persinggahan mereka di kemudian hari banyak ditemui jejak rekam mereka yang berupa rumah persinggahan. Beberapa literatur yang ada memberitahukan, bahwa rumah-rumah singgah ini kemudian hari menjadi aset wakaf.
Segala urusan keberangkatan yang diurus travel pun berjalan lancar. Tanggal keberangkatan pun sudah ditentukan yaitu pada 3 April 2019 dari Banda Aceh menuju Jeddah dan kembali ke Banda Aceh pada 16 April. Program umrah dan ziarah, bersama jamaah umrah lain pun sudah diatur dengan rapi, begitu juga dengan program perjumpaan dengan Nazir Wakaf Baitul Asyi di sana. Insya Allah, impian kami menapaktilasi jejak wakaf diaspora Aceh di Makkah pun terwujud.