MENELUSURI WAKAF DIASPORA ACEH DI MAKKAH

GEMA JUMAT, 24 MEI 2019O Oleh Fahmi M. Nasir Mahasiswa S3 Konsentrasi Tata Kelola dan Hukum Wakaf pada Fakultas Hukum International Islamic University Malaysia Sayed Muhammad HusenKetua Pengawas Baitul Qiradh Baiturrahman Kami bergegas ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang pada 3 April 2019 karena pukul 11.40 Wib pesawat Garuda Indonesia, dengan nomor penerbangan […]

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

GEMA JUMAT, 24 MEI 2019O

Oleh Fahmi M. Nasir

Mahasiswa S3 Konsentrasi Tata Kelola dan Hukum Wakaf pada Fakultas Hukum International Islamic University Malaysia

Sayed Muhammad HusenKetua Pengawas Baitul Qiradh Baiturrahman

Kami bergegas ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang pada 3 April 2019 karena pukul 11.40 Wib pesawat Garuda Indonesia, dengan nomor penerbangan GA 984, akan berangkat membawa jamaah terus ke Bandara Internasional King Abdul Aziz di Jeddah. Pesawat diperkirakan sampai di sana pukul 16.10 sore waktu setempat atau jam 21.10 Wib.

Di Bandara SIM, jamaah umrah yang satu rombongan dengan kami pun sudah sampai ditemani oleh keluarga masing-masing. Kami segera bergabung dengan jamaah yang berjumlah 50 orang itu. Proses check in yang difasilitasi oleh travel umrah berjalan dengan lancar, sehingga jamaah hanya tinggal menuju ke ruang ruang tunggu menanti kedatangan pesawat GA 984 yang berangkat dari Surabaya.

Begitu pesawat sampai, segera saja kami dipersilahkan masuk ke pesawat. Tepat pukul  11.40 pagi, kami pun berangkat menuju ke Jeddah. Perjalanan selama 8 jam 30 menit itu merupakan kesempatan baik untuk membaca. Tentu saja membaca buku yang berkaitan dengan Makkah adalah salah satu pilihan tepat.

Buku karya Ziauddin Sardar yang berjudul Mecca: The Sacred City pun menjadi pilihan. Buku ini menelusuri sejarah Makkah, yang awalnya hanya lembah gersang, berevolusi menjadi kota perdagangan dan kota suci umat Islam.

Ziauddin, melalui buku yang merupakan kombinasi antara memoir dan sejarah, berhasil menyelami perkembangan dimensi agama, fisik, sosial dan budaya yang telah mentransformasi kebudayaan orang Islam dan apa makna dan pengaruh semua dimensi tadi bagi masa depan Makkah.

Sudah pasti kita merindukan hadirnya buku serupa yang mampu menelusuri kisah wakaf diaspora Aceh, baik di Makkah atau di kota-kota lain yang disinggahi selama dalam perjalanan pulang dan pergi menunaikan ibadah haji di masa lalu.

Tak terasa, pesawat GA 984 pun mendarat di Jeddah. Setelah melalui pemeriksaan imigrasi, kami bersiap menuju bus yang akan membawa kami ke Madinah sebagai destinasi pertama, sebelum bergerak ke Makkah selaku tujuan utama perjalanan ini.

Sambil menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan yang dipandu oleh Munzir, anak muda yang berasal dari Meunasah Drang, selaku muthawif nanti di Makkah, kami segera menghubungi beberapa sahabat, anak-anak muda Aceh yang sedang meniti karir dalam berbagai bidang pekerjaan profesional di Arab Saudi.

Di antara mereka adalah, Dr Muhammad Subhan, Dr Syafi’e Syam, Dr Faisal Abnisa dan Adnan Hasan. Tiga nama yang pertama merupakan dosen di Universitas King Abdulaziz Jeddah, sedangkan nama terakhir bekerja di Islamic Development Bank (IDB). Kebetulan keempat anak Aceh ini pernah dulu lama berjuang mengejar impian di negeri jiran Malaysia.

Sekarang, keempat anak muda itu sedang meneruskan rekam jejak pendahulu mereka, diaspora Aceh di Arab Saudi. Tgk Jamal, sudah mengingatkan kami untuk mengajak anak-anak muda ini ikut serta menjumpai salah satu Nazir Wakaf Baitul Asyi, Prof Dr Abdurrahman Abdullah Ba’id Asyi yang berdomisili di Jeddah. Ini adalah upaya menyambung silaturrahmi, sekaligus mengenali diaspora Aceh yang lain di Arab Saudi kelak.

Kami juga menghubungi Tgk Sulaiman Asyi. Fahmi pernah jumpa Cek Man, begitu dia sering dipanggil, pada tahun 2014 lalu ketika mengerjakan umrah bersama almarhum Tan Sri Sanusi Junid, tokoh keturunan Aceh yang lama menjadi Menteri Kabinet di Malaysia. Dia sangat gembira dengan rencana kedatangan kami berjumpa dengannya.

Lelaki yang tinggal di Makkah sejak tahun 1966 itu, merupakan sosok penting untuk dijumpai, karena dia sangat faham dengan liku-liku diaspora Aceh di Makkah khususnya.

Karena sibuk berkomunikasi dengan berbagai pihak, perjalanan ke Madinah, sekitar 400 kilometer dari Jeddah pun terasa cepat sekali sampainya. Rencananya, kami akan berada di sana untuk mengerjakan berbagai ibadah di Masjid Nabawi dan ziarah di beberapa tempat di sekitar kota yang merupakan satu di antara dua kota suci umat Islam.

Dialog

Khutbah

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Mensyukuri Nikmat Sehat

Oleh H. Basri A. Bakar Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi SAW bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”.

Mensyukuri Al-Lathiif

Oleh Dr. Sri Suyanta (Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Muhasabah 17 Zulhijah 1439 Saudaraku, sebagai kondisioning bagi hati kita agar lembut dan bersikap

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman