GEMA JUMAT, 09 FEBRUARI 2018
Oleh H. Basri A. Bakar
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya. (QS. Ath Thalaq: 5).
Taqwa, secara bahasa artinya melindungi diri, yaitu seseorang untuk melindungi dirinya dari perkara yang dia takuti dan dia khawatirkan dengan perbuatannya. Adapun taqwa seorang hamba kepada Rabb-nya adalah, dengan cara melindungi dirinya dari kemurkaan dan siksa Allah dengan cara beribadah, yaitu melaksanakan perintahNya dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.
Sebagai ummat beriman, semestinya kita selalu berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan selalu mentaati dan menunaikan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang-Nya dengan penuh kesadaran, kesabaran dan keikhlasan hati karena Allah semata.
Setiap orang yang beriman baik orang Arab maupun non Arab berpeluang untuk dapat mencapai derajat muttaqin (orang bertaqwa), derajat orang yang paling mulia di sisi Allah SWT. Derajat taqwa merupakan predikat yang paling tinggi dan mulia karena mendapat legitimasi langsung dari Allah SWT baik di dunia kini, maupun di akhirat kelak, sebagaimana firmanNya yang artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.“ (QS. Al-Hujuarat : 13 )
Namun untuk dapat menggapai derajat muttaqin maka, seorang muslim harus menguasai ilmu. Sebab, seseorang tidak akan mungkin dapat mencapai sesuatu tingkat kemuliaan tanpa didasari ilmu. Dengan demikian, taqwa adalah terpadunya antara ilmu, amal dan istiqamah. Ahli hukama mengatakan bahwa orang yang tidak tahu (bodoh) tentang perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, biasanya tidak akan menjadi orang yang bertaqwa.